Wazan Tsulasi Mazid: Pengertian, Faedah, Contoh Fi'il beserta Maknanya
Nahwushorof.ID - Dalam ilmu shorof, tidak semua fi’il tsulatsi adalah mujarrod (ditiadakan dari huruf tambahan). Ada beberapa wazan tsulasi yang memiliki 1 huruf, 2 huruf, bahkan 3 huruf ziyadah (tambahan) yang kemudian melahirkan istilah mazid. Lebih lanjutnya, berikut penjelasan lengkap seputar wazan tsulasi mazid dan contoh fi’il tsulatsi mazid beserta maknanya.
Pengertian Tsulasi Mazid
Tsulasi mazid adalah kelompok fi’il atau kata kerja yang tersusun atas 3 huruf asli dan sisanya merupakan tambahan. Oleh karenanya ia disebut mazid, artinya yang ditingkatkan, tambahan, yang lebih atau kelebihan.Adakalanya tsulasi mazid memiliki 1 huruf, 2 huruf, sampai 3 huruf tambahan. Berangkat dari sini, dalam ilmu shorof atau tashrif wazan tsulasi mazid ada 3 bab yang secara keseluruhannya terdapat 12 wazan, dan masing-masing dari wazan tersebut nantinya disertai spesifikasi dan faedah yang berbeda-beda. Ketiga bab yang dimaksud yaitu:
- Tsulasi Mazid Biharfin (1 huruf).
- Tsulasi Mazid Biharfaini (2 huruf).
- Tsulasi Mazid Bitsalatsati Ahrufin (3 huruf).
Wazan tsulasi mazid memiliki pola yang jauh berbeda di setiap babnya. Tidak seperti wazan tsulatsi mujarrad yang mempunyai bentuk hampir serupa. Sehingga sulit diformulasikan seperti:
فَتْحُ ضَمٍّ فَتْحُ كَسْرٍ فَتْحَتَانِ | كَسْرُ فَتْحٍ ضَمُّ ضَمٍّ كَسْرَتَانِ
Meski demikian, kami tetap berusaha mengemas materi ini dengan sedemikian rupa agar mudah dipelajari dan dimengerti pemula. Lebih jauh lagi mengenai ini, penjelasan masing-masing wazan tsulasi mazid adalah sebagai berikut.
Wazan Tsulasi Mazid
Sebuah catatan penting yang mesti diperhatikan, bahwa mashdar fi’il tsulatsi mazid hukumnya adalah qiyasi (menggunakan rumus baku untuk setiap babnya). Dan tidak semua jenis kata kerja tsulasi mujarrod bisa diikutkan wazan tsulasi mazid dengan menganut secara keseluruhan polanya.
Mengapa demikian? Karena transisi bentuk wazan tsulasi mazid adalah sama’i, artinya mengikuti apa yang berlaku dari masyarakat Arab. Coba perhatikan contoh fi’il tsulatsi mazid berikut:
Pada contoh tersebut, kiranya untuk lafadz alima-ya’lamu “عَلِمَ-يَعْلَمُ” hanya memiliki dua wazan tsulasi mazid saja, yaitu allama-yu’allimu “عَلَّمَ-يُعَلِّمُ”, dan ta’allama-yata’allamu “تَعَلَّمَ-يَتَعَلَّمُ”. Ini merupakan contoh fi’il tsulatsi mazid yang umum berlaku di tengah masyarakat Arab. Sekarang bandingkan dengan contoh berikut:
Dari contoh di atas bisa kita lihat bahwa wazan tsulasi mazid untuk fi’il salima-yaslamu “سَلِمَ-يَسْلَمُ” lebih banyak polanya di masyarakat Arab dibandingkan dengan fi’il sebelumnya. Kendati demikian, bukan berarti fi’il tsulasi alima “عَلِمَ” tidak bisa mengikuti selain kedua wazan tsulasi mazid di atas.
Pada dasarnya, kesamaan unsur huruf pada wazan-wazan tsulasi mazid ini mempunyai kesamaan dalam akar makna. Contoh mudahnya adalah fi’il yang terbentuk dari huruf asal ع-ل-م mempunyai makna yang tidak jauh dari ilmu pengetahuan, yakni mengetahui (عَلِمَ-يَعْلَمُ), mengajarkan (عَلَّمَ-يُعَلِّمُ), dan mempelajari (تَعَلَّمَ-يَتَعَلَّمُ).
Kami rasa sementara hanya itu dulu catatan penting yang perlu diperhatikan. Selanjutnya kita akan mengenal satu persatu 12 bab wazan tsulasi mazid dari 35 wazan tashrif total keseluruhannya.
Tsulatsi Mazid Biharfin (1 Huruf)
Tsulatsi mazid biharfin adalah setiap kalimah atau kata yang tersusun dari 3 huruf asli dengan satu huruf ziyadah (tambahan). Kelompok tsulasi mazid biharfin ini juga bisa disebut fi’il ruba’i, karena total hurufnya ada empat, yang memiliki tiga pola wazan, yaitu:
- Af’ala-yuf’ilu (أَفْعَلَ-يُفْعِلُ).
- Fä’ala-yufä’ilu (فَعَّلَ-يُفَعِّلُ).
- Faa’ala-yufaa’ilu (فَاعَلَ-يُفَاعِلُ).
1. Af’ala-yuf’ilu (أَفْعَلَ-يُفْعِلُ)
Bab awal fi’il ruba’i yaitu wazan Af’ala-yuf’ilu “أَفْعَلَ-يُفْعِلُ”. Tandanya adalah huruf zaidah (tambahan) berupa hamzah berharokat fathah di awal kalimahnya. Wazan tsulasi mazid biharfin ini umumnya memiliki faedah ta’diyah. Artinya merubah fi’il yang semula lazim (tidak memerlukan ma’mul manshub) menjadi muta’addi (membutuhkan ma’mul manshub).
Misalnya kata kerja karuma-yakrumu “كَرُمَ-يَكْرُمُ” (mulia), ketika diikutkan wazan af’ala-yuf’ilu “أَفْعَلَ-يُفْعِلُ” menjadi akroma-yukrimu (memuliakan). Namun ada juga beberapa fi’il tsulatsi mujarrad biharfin yang berlaku lazim (tidak butuh ma’mul manshub), seperti ashbaha-yushbihu “أَصْبَحَ-يُصْبِحُ” (terjaga di waktu pagi).
2. Fä’ala-yufä’ilu (فَعَّلَ-يُفَعِّلُ)
Ini merupakan bab kedua fi’il tsulasi mazid biharfin, yaitu wazan fä’ala-yufä’ilu “فَعَّلَ-يُفَعِّلُ”. Ciri-cirinya adalah tambahan huruf sejenis di antara fa’ fi’il dan ain fi’il. Kebanyakan fi’il yang mengikuti wazan ini mempunyai faedah taktsir “تكثير” (menunjukkan suatu perbuatan yang berulang-ulang).
Contohnya kata qaththa’a-yuqaththi’u “قَطَّعَ-يُقَطِّعُ” (memotong-motong), berasal dari fi’il qatha’a-yaqtha’u “قَطَعَ-يَقْطَعُ” (memotong). Selain itu, bab 2 wazan tsulatsi mazid biharfin ini juga ada yang berfaedah ta’diyah. Seperti fi’il fariha-yafrahu “فَرِحَ-يَفْرَحُ” (bahagia), ketika mengikuti wazan fä’ala-yufä’ilu “فَعَّلَ-يُفَعِّلُ” menjadi farraha-yufarrihu “فَرَّحَ-يُفَرِّحُ”, bermakna membuat bahagia atau membahagiakan.
3. Faa’ala-yufaa’ilu (فَاعَلَ-يُفَاعِلُ)
Bab terakhir dari fi’il ruba’i atau tsulatsi mazid biharfin adalah wazan faa’ala-yufaa’ilu “فَاعَلَ-يُفَاعِلُ”. Setiap kata yang mengikuti wazan ini ditandai dengan alif zaidah (tambahan) yang terletak setelah fa’ fi’il. Umumnya berfaedah musyarakah “مشاركة” (saling melakukan perbuatan).
Seperti kata qatala-yaqtulu “قَتَلَ-يَقْتُلُ” (menghabisi), setelah ditambahkan huruf alif di antara fa’ fi’il dan ain fi’il menjadi qaatala-yuqaatilu “قَاتَلَ-يُقَاتِلُ” (saling menghabisi).
Tsulatsi Mazid Biharfaini (2 huruf)
Tsulatsi mazid biharfain adalah kelompok kata yang tersusun dari 3 huruf asli dan 2 huruf ziyadah (tambahan). Pola susunan kalimah ini juga biasa disebut dengan fi’il khumasi, yaitu setiap kata yang terdiri dari 5 huruf hijaiyah, dan memiliki lima bentuk wazan, yaitu:
- Infa’ala-yanfa’ilu (إِنْفَعَلَ-يَنْفَعِلُ).
- Ifta’ala-yafta’ilu (إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ).
- If’alla-yaf’allu (إِفْعَلَّ-يَفْعَلُّ).
- Tafä’ala-yatafä’alu (تَفَعَّلَ-يَتَفَعَّلُ).
- Tafaa’ala-yatafaa’alu (تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ).
1. Infa’ala-yanfa’ilu (إِنْفَعَلَ-يَنْفَعِلُ)
Pada bab pertama tsulatsi mazid biharfain (2 huruf), kita dipertemukan dengan wazan infa’ala-yanfa’ilu “إِنْفَعَلَ-يَنْفَعِلُ“. Tandanya adalah penambahan hamzah dan nun di awal kalimah. Semua kata yang termasuk ke dalam bab ini merupakan fi’il lazim, sehingga berfaedah muthawa’ah “مطاوعة” (terjadinya sesuatu sebab sesuatu yang lain).
Seperti lafadz inqasama-yanqasimu “إِنْقَسَمَ-يَنْقَسِمُ” (terbagi), berasal dari fi’il qasama-yaqsimu “قَسَمَ-يَقْسِمُ” (membagi). Contoh lain adalah kata inkasara-yankasiru “إِنْكَسَرَ-يَنْكَسِرُ” (pecah), berangkat dari wazan kasara-yaksiru “كَسَرَ-يَكْسِرُ” (memecahkan).
2. Ifta’ala-yafta’ilu (إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ)
Wazan tsulatsi mazid biharfain (2 huruf) yang satu ini juga berfaedah muthawa’ah. Cirinya adalah terdapat alif zaidah di awal kata dan huruf ta’ di antara fa’ dan ain fi’il.
Misalkan kata jama’a-yajma’u “جَمَعَ-يَجْمَعُ” (mengumpulkan), asalnya adalah muta’addi. Ketika mengikuti wazan ifta’ala-yafta’ilu “إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ” menjadi lazim, yakni ijtama’a-yajtami’u “إِجْتَمَعَ-يَجْتَمِعُ” (berkumpul). Bab kedua tsulatsi mazid biharfain ini juga bisa merubah fi’il yang semula muta’addi menjadi lazim. Seperti contoh yang kami sebutkan tadi.
3. If’alla-yaf’allu (إِفْعَلَّ-يَفْعَلُّ)
Wazan if’alla-yaf’allu “إِفْعَلَّ-يَفْعَلُّ” berfaedah mubalaghah (melebih-lebihkan), ada juga ulama ahli shorof yang mengatakan bahwa wazan ini berfaedah lil alwaan wal ‘uyuub “للالوان والعيوب” (warna dan aib (cacat)).
Contoh fi’il tsulatsi mazid biharfain ini seperti ihmarra-yahmarru “إِحْمَرَّ-يَحْمَرُّ” (memerah/menjadi merah), i’warra-ya’warru “إِعْوَرَّ-يَعْوَرُّ” (buta sebelah), i’rajja-ya’rajju “إِعْرَجَّ-يَعْرَجُّ” (pincang). Cirinya adalah penambahan huruf hamzah di awal kalimah dan huruf yang sejenis dengan lam fi’il.
4. Tafä’ala-yatafä’alu (تَفَعَّلَ-يَتَفَعَّلُ)
Wazan tafä’ala-yatafä’alu “تَفَعَّلَ-يَتَفَعَّلُ” mempunyai faedah takalluf “تكلّف”, yaitu hasilnya suatu perbuatan sebab sesuatu yang lain. Tandanya adalah ziyadah huruf ta’ di awal kata dan ziyadah huruf yang sejenis dengan ain fi’il.
Contohnya kalimat ta’allamtu al-ilma al-mas’alata ba’da mas’alah “تَعَلَّمْتُ العِلْمَ المَسْأَلَةَ بَعْدَ مَسْأَلَةٍ” (aku mempelajari ilmu penyelesaian masalah setelah ada masalah).
Ada juga yang mengatakan wazan ini berfaedah muthawa’ah, sama seperti wazan bab 1 dan dua tsulatsi mazid biharfain sebelumnya. Seperti fi’il takassara-yatakassaru “تَكَسَّرَ-يَتَكَسَّرُ” (patah), dampak dari pekerjaan kassara-yukassiru “كَسَّرَ-يُكَسِّرُ” (mematahkan).
5. Tafaa’ala-yatafaa’alu (تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ)
Bab terakhir tsulatsi mazid biharfain (2 huruf) adalah wazan tafaa’ala-yatafaa’alu “تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ”, yang berfaedah musyarakah sama seperti wazan faa’ala-yufaa’ilu “فَاعَلَ-يُفَاعِلُ” (bab 3 tsulasi mazid biharfin).
Akan tetapi, terdapat perbedaan di antara kedua wazan tersebut. Letak perbedaannya adalah pada pelaku atau subyek. Wazan faa’ala-yufaa’ilu “فَاعَلَ-يُفَاعِلُ” berfaedah musyarakah bainal itsnaini “مشاركة بين الإثنين” (saling berbuat di antara dua orang), ada juga musyarakah lil wahid “مشاركة للواحد” (untuk Dzat yang satu). Sedangkan wazan tafaa’ala-yatafaa’alu “تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ” berfaedah musyarakah bainal isnaini fashaaidan “مشاركة بين الإثنين فصاعدا” (di antara dua orang bahkan lebih). Supaya mempermudah dalam memahami masing-masing faedah tersebut, perhatikan contoh-contoh berikut ini !
Contoh fi’il tsulatsi mazid faedah musyarakah bainal itsnaini:
Contoh fi’il tsulatsi mazid faedah musyarakah lil wahid:
Contoh fi’il tsulatsi mazid faedah musyarakah bainal itsnaini fashaaidan:
تَصَالَحَ القَوْمُ
(Kaum itu saling rukun (berdamai))
Tsulatsi Mazid Bitsalatsati Akhrufin (3 Huruf)
Tsulatsi mazid bitsalatsati ahrufin adalah setiap fi’il yang terdiri dari 3 huruf asli dan 3 huruf ziyadah (tambahan). Dilihat dari jumlah hurufnya, kelompok tsulasi mazid ini juga bisa disebut fi’il sudasi. Karena total keseluruhan hurufnya ada enam, dan memiliki 4 pola wazan, yaitu:
- Istaf’ala-yastaf’ilu (إِسْتَفْعَلَ-يَسْتَفْعِلُ).
- Ifau’ala-yafau’ilu (إِفْعَوْعَلَ-يَفْعَوْعِلُ).
- Ifawwala-yafawwilu (إِفْعَوَّلَ-يَفْعَوِّلُ).
- If’aalla-yaf’aallu (إِفْعَالَّ-يَفْعَالُّ).
1. Istaf’ala-yastaf’ilu (إِسْتَفْعَلَ-يَسْتَفْعِلُ)
Wazan istaf’ala-yastaf’ilu “إِسْتَفْعَلَ-يَسْتَفْعِلُ” menjadi wazan pembuka bagi bab tsulatsi mazid bitsalatsati ahrufin. Cirinya adalah ziyadah huruf hamzah, ta’, dan sin di awal kalimahnya. Umumnya setiap fi’il yang mengikuti pola ini berfaedah ta’diyah, namun ada juga beberapa yang berlaku lazim.
Contohnya istakhraja-yastakhriju “إِسْتَخْرَجَ-يَسْتَخْرِجُ” (mengeluarkan), dari fi’il kharaja-yakhruju “خَرَجَ-يَخْرُجُ” (keluar). Disebutkan juga bahwa wazan tsulasi mazid 3 huruf ini berfaedah thalab “طلب” (memohon/meminta), seperti istaghfara-yastaghfiru “إِسْتَغْفَرَ-يَسْتَغْفِرُ” (memohon ampunan).
2. Ifau’ala-yafau’ilu (إِفْعَوْعَلَ-يَفْعَوْعِلُ)
Wazan ifau’ala-yafau’ilu “إِفْعَوْعَلَ-يَفْعَوْعِلُ” adalah wazan tsulatsi mazid bitsalatsati ahrufin yang memiliki huruf tambahan berupa hamzah di awal kalimah, huruf sejenis dengan ain fi’il, dan wawu zaidah setelah ain fi’il pertama.
Wazan ini berfaedah mubalaghah (melebih-lebihkan), dan seluruhnya adalah lazim. Contohnya i’syausyaba-ya’syausyibu “إِعْشَوْشَبَ-يَعْشَوْشِبُ” (tumbuh rerumputan), fi’il barusan menunjukkan makna lebih banyak dibanding fi’il asyiba “عَشِبَ” (tumbuh rumput).
3. Ifawwala-yafawwilu (إِفْعَوَّلَ-يَفْعَوِّلُ)
Ini merupakan wazan tsulasi mazid bitsalatsati ahrufin yang sama seperti wazan sebelumnya, yakni sama-sama berfaedah mubalaghah dan seluruhnya lazim. Ditandai dengan tambahan hamzah di awal kata serta wawu tasydid di antara ain dan lam fi’il. Akan tetapi jarang digunakan dalam kalimat bahasa Arab. Contohnya ijlawwadza-yajlawwidzu “إِجْلَوَّذَ-يَجْلَوِّذُ” (berjalan cepat).
4. If’aalla-yaf’aallu (إِفْعَالَّ-يَفْعَالُّ)
Wazan ini juga memiliki faedah yang sama dengan wazan ifau’ala-yafau’ilu “إِفْعَوْعَلَ-يَفْعَوْعِلُ”, yaitu mubalaghah dan semuanya adalah lazim, contohnya ihmaarra-yahmaarru “إِحْمَارَّ-يَحْمَارُّ”. Bukankah wazan barusan serupa maknanya dengan ihmarra-yahmarru “إِحْمَرَّ-يَحْمَرُّ”, yakni bermakna memerah? Jawab saja, berbeda. Lalu di mana letak perbedaannya? Jawab lagi, fi’il ihmaarra “إِحْمَارَّ” itu lebih kuat atau lebih banyak tingkat kemerahannya dibandingkan ihmarra “إِحْمَرَّ”.
Semua wazan tsulasi mazid yang disebutkan di atas keseluruhannya berjumlah 12 wazan. Kedua belas wazan tersebut kami ambil dari kitab Matnul Bina’ Wal Asas fi al-Ilmi as-Sharfi. Jika merujuk pada kitab al-Maqshud, kita akan dipertemukan 14 wazan total keseluruhan, yakni ketambahan wazan if’anlaa “إِفْعَنْلَى” dan if’anlala “إِفْعَنْلَلَ”.
Contoh Fi'il Tsulatsi Mazid
Setelah mengenal pengertian tsulasi mazid beserta macam-macamnya, baik itu satu huruf (biharfin), 2 huruf (biharfaini), dan 3 huruf (bitsalatsati ahrufin). Selanjutnya kita akan lebih banyak lagi mengetahui beberapa kalimah atau kata yang mengikuti wazan-wazan tsulazi mazid dalam bahasa Arab. Berikut ini adalah kumpulan contoh fi’il tsulatsi mazid beserta maknanya.
Contoh fi'il tsulatsi mazid biharfin | ||
---|---|---|
No | Fi’il | Makna |
1 | أَنْكَحَ | Menikahkan |
2 | أَنْزَلَ | Menurunkan |
3 | أَرْسَلَ | Mengutus |
4 | أَخْرَجَ | Mengeluarkan |
5 | آمَنَ | Beriman |
6 | أَخَلَصَ | Mengikhlaskan |
7 | أَحْسَنَ | Berbuat ihsan |
8 | أَثْبَتَ | Menetapkan |
9 | أَفْطَرَ | Makan pagi |
10 | أَمْسَكَ | Menahan |
11 | أَنْفَقَ | Berinfaq |
12 | أَحْرَمَ | Berihram |
13 | حَسَّنَ | Membaguskan |
14 | قَرَّرَ | Menyetujui |
15 | كَرَّرَ | Mengulangi |
16 | وَحَّدَ | Mengesakan |
17 | لَبَّسَ | Menyamarkan |
18 | رَتَّلَ | Mentartilkan |
19 | كَفَّرَ | Mengkafirkan |
20 | جَوَّدَ | Membaguskan |
21 | نَظَّمَ | Mengatur |
22 | دَرَّسَ | Mengajar |
23 | أَوَّلَ | Menta’wil |
24 | صَرَّفَ | Merubah |
25 | عَالَجَ | Mengobati |
26 | قَاتَلَ | Memerangi |
27 | هَاجَرَ | Berhijrah |
28 | سَارَعَ | Bersegera |
29 | وَافَقَ | Menyetujui |
30 | رَاقَبَ | Mengawasi |
31 | لَازَمَ | Menemani |
32 | قَابَلَ | Bertemu |
33 | قَارَنَ | Membandingkan |
34 | نَاقَشَ | Berdebat |
35 | حَاضَرَ | Berceramah |
Contoh fi'il tsulatsi mazid biharfaini | ||
---|---|---|
No | Fi’il | Makna |
1 | إِنْهَدَمَ | Roboh |
2 | إِنْدَفَعَ | Tertolak |
3 | إِنْفَجَرَ | Terpancar |
4 | إِنْطَبَقَ | Tertutup |
5 | إِنْبَعَثَ | Berangkat |
6 | إِنْسَلَخَ | Habis |
7 | إِنْقَلَبَ | Berbalik |
8 | إِنْعَكَسَ | Terbalik |
9 | إِبْتَدَأَ | Memulai |
10 | إِقْتَرَبَ | Dekat |
11 | إِسْتَمَعَ | Menyimak |
12 | إِنْتَصَرَ | Menolong |
13 | إِرْتَفَعَ | Naik |
14 | إِخْتَصَرَ | Meringkas |
15 | إِخْتَلَطَ | Bercampur |
16 | إِبْتَدَعَ | Berbuat bid’ah |
17 | إِسْمَرَّ | Kecoklatan |
18 | إِصْفَرَّ | Menguning |
19 | إِبْيَضَّ | Memutih |
20 | إِخْضَرَّ | Menghijau |
21 | إِعْرَجَّ | Pincang |
22 | إِعْوَرَّ | Buta sebelah |
23 | إِرْزَقَّ | Kebiruan |
24 | إِسْوَدَّ | Menghitam |
25 | تَفَكَّرَ | Memikirkan |
26 | تَشَبَّهَ | Menyerupai |
27 | تَجَسَّسَ | Memata-matai |
28 | تَكَلَّمَ | Berbicara |
29 | تَبَيَّنَ | Jelas |
30 | تَيَسَّرَ | Mudah |
31 | تَوَضَّأَ | Berwudhu |
32 | تَدَبَّرَ | Bertadabbur |
33 | تَوَازَنَ | Menyeimbangkan |
34 | تَبَادَلَ | Saling mengganti |
35 | تَعَارَفَ | Saling mengenal |
36 | تَوَاضَعَ | Rendah hati |
37 | تَنَاوَلَ | Mendapatkan |
38 | تَفَاوَتَ | Tidak seimbang |
39 | تَنَابَزَ | Saling memanggil |
40 | تَجَاهَلَ | Pura-pura bodoh |
Contoh fi'il tsulatsi mazid bitsalatsati ahrufin | ||
---|---|---|
No | Fi’il | Makna |
1 | إِسْتَوْقَدَ | Menyalahkan |
2 | إِسْتَنْصَرَ | Meminta tolong |
3 | إِسْتَعْجَلَ | Menyegerakan |
4 | إِسْتَخْرَجَ | Mengeluarkan |
5 | إِسْتَأْذَنَ | Meminta izin |
6 | إِسْتَقْرَأَ | Meneliti |
7 | إِسْتَحْسَنَ | Menganggap baik |
8 | إِسْتَكْمَلَ | Menyempurnakan |
9 | إِسْتَكْبَرَ | Sombong |
10 | إِسْتَفْهَمَ | Bertanya |
11 | إِسْتَبْرَأَ | Berlepas diri |
12 | إِسْتَمْسَكَ | Berpegang teguh |
13 | إِعْشَوْشَبَ | Tumbuh rerumputan |
14 | إِخْشَوْشَنَ | Menjadi kasar |
15 | إِغْدَوْدَنَ | Tumbuh menjulang |
16 | إِحْدَوْدَبَ | Menjadi cembung |
17 | إِعْلَوَّطَ | Menunggangi |
18 | إِجْلَوَّذَ | Berjalan cepat |
19 | إِحْمَارَّ | Memerah |
20 | إِسْوَادَّ | Menghitam |
21 | إِخْضَارَّ | Menghijau |
22 | إِبْيَاضَّ | Memutih |
23 | إِصْفَارَّ | Menguning |
24 | إِسْمَارَّ | Kecoklatan |
25 | إِعْوَارَّ | Buta sebelah |
Demikianlah penjelasan tentang wazan tsulasi mazid dalam ilmu shorof/tashrif beserta contoh fi’il dan faedahnya. Semoga mengedukasi dan menginspirasi.
Posting Komentar