Cepat Menguasai Fiil Mudhori ! Pengertian, Ciri, Tashrif dan Contoh Kalimatnya
Nahwushorof.ID - Fiil mudhori adalah kata kerja dalam bahasa Arab yang menunjukkan suatu kejadian atau peristiwa yang sedang atau akan dilakukan. Contoh seperti “يَكْتُبُ” (sedang menulis), “يَجْلِسُ” (sedang duduk), yang ditandai dengan adanya huruf mudhara’ah di awal katanya. Meski bermakna chal dan mustaqbal, terkadang fiil mudhori digunakan untuk zaman madhi (masa lampau). Penjelasan lengkapnya kami rangkum sebagaimana berikut.
Pengertian Fiil Mudhori
Fiil mudhori merupakan pola kalimat dalam bahasa Arab yang tersusun dari dua kata, yaitu “fiil” dan “mudhori”. Dalam bahasa Indonesia, fiil diartikan sebagai ungkapan kata kerja. Sedangkan kata mudhori berasal dari madhi dhara'a “ضَارَعَ”, artinya yang menyerupai atau menyamai. Dikatakan mudhori karena memang ia serupa dengan isim fa’il dalam hal harokatnya.Contohnya kata yukrimu “يُكْرِمُ” (memuliakan) serupa dengan isim fail mukrimun “مُكْرِمٌ”, di mana huruf pertama, kedua, ketiga dan keempat memiliki harokat yang sama. Contoh lain seperti kata “يَضْرِبُ-ضَارِبٌ” (memukul), “يُفَرِّحُ-مُفَرِّحٌ” (menggembirakan). Karenanya, huruf awal fiil mudhori disebut dengan huruf mudhara’ah (persamaan).
Menurut istilah ulama ahli nahwu yang dimaksud dengan fiil mudhori adalah:
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى وَزَمَنٍ يَحْتَمِلُ الحَالَ وَالإِسْتِقْبَالَ
Artinya: “Fiil mudhori adalah kata yang menunjukkan atas makna dan zaman yang memuat masa sekarang dan akan datang”.
Dari pengertian fiil mudhori menurut istilah ulama ahli nahwu tersebut kita tahu bahwa jenis fiil ini digunakan dalam ungkapan-ungkapan kata kerja untuk masa kini dan akan datang. Para santri biasa memaknai dengan arti “sedang” atau “akan”.
Sekarang coba perhatikan contoh kalimat fiil mudhori berikut:
- يَجْلِسُ عَلِيٌّ (Ali sedang duduk).
- تَجِيْئُ الأُسْتَاذَانِ (Kedua Pak guru akan datang).
Untuk menentukan apakah fiil mudhori bermakna chal (sedang) atau mustaqbal (akan) tinggal disesuaikan dengan kebutuhan. Seperti ketika Zaid yang pada saat itu juga sedang duduk, maka pemaknaan yang pas adalah makna “chal”. Sedangkan pada contoh kedua ini menunjukkan bahwa kedua Pak guru sebentar lagi akan datang, sehingga makna yang pas adalah “mustaqbal”.
Ciri-ciri Fiil Mudhori
Setiap fiil dalam bahasa Arab memiliki ciri-ciri tertentu sebagai pembeda antara yang satu dengan lainnya. Adapun ciri-ciri fiil mudhori adalah:
- Di awali oleh huruf mudhara’ah yang empat, yaitu hamzah, nun, ya’, dan ta’ (أنيت).
- Layak bila kemasukan amil nawashib dan amil jawazim.
- Di awali huruf sin “س” atau saufa “سوف” (akan).
Perlu diperhatikan, jika terdapat penggunaan fiil dalam Al-Qur’an, Hadits, dan kitab bahasa Arab yang mengandung ciri-ciri di atas maka sudah pasti fiil mudhori. Akan tetapi, tidak semua fiil mudhori hadir dengan semua tanda-tanda tersebut.
Contoh penggunaan kalimat fiil mudhori dalam Al-Qur’an bisa kita lihat pada ayat berikut:
- لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ (Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan). QS. Al-Ikhlash ayat 3
- سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا (Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?). QS. Al-Baqarah ayat 142
- كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ (Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)). QS. At-Takatsur ayat 3
Irab Fiil Mudhori
Pada dasarnya setiap fiil mudhori hukumnya adalah mu’rab, jika memang tidak didapati adanya nun taukid mubasyirah atau nun jamak inats di akhir katanya.
Contoh fiil mudhori mu’rab bisa dilihat dalam kalimat berikut:
- أَبْلُغُ آمَالِيْ بِبُطْءٍ (Aku akan menggapai harapan-harapanku secara perlahan).
- سَوْفَ أَزُوْرُ كُلَّ حَدَائِقِ فِى مَالَانج (Aku akan mengunjungi semua taman-taman di Malang).
- مَوَدَّةُ الصَّدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضِّيْقِ (Kecintaan/ketulusan teman itu akan tampak pada waktu kesempitan).
Perhatikanlah bahwa semua fiil mudhori dalam kalimat tersebut berstatus mu’rab. Artinya, harokat akhirnya selalu mengalami perubahan seiring dengan masuknya amil yang berbeda-beda. Adapun tanda i’rabnya adalah dhammah dhahirah, sebab dalam keadaan marfu’, dengan kata lain tidak didahului oleh amil nawashib dan amil jawazim.
Bila fiil mudhori di awali oleh amil nawashib (yang menashobkan) maka hukumnya adalah manshub (dibaca nashob), tanda asal i’rabnya berupa harokat fathah dhahirah.
Contoh kalimat fiil mudhori yang dimasuki amil nawashib adalah sebagai berikut:
- لَنْ تَرْجِعَ الأَيَّامُ الَّتِيْ مَضَتْ (Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu).
- لَنْ أَتَرَاجَعَ مَادَامَتِ الفُرْصَةُ قَائِمَةً (Saya tidak akan mundur selama masih ada kesempatan).
- لَنْ تَنْجَحَ مَالَمْ تَجْتَهِدْ (Kamu tidak akan berhasil selama kamu tidak berjuang).
Dan apabila fiil mudhori kemasukan amil jawazim (yang menjazemkan) maka ia berstatus majzum (dibaca jazm), ditandai dengan i’rab asal berupa harokat sukun.
Contoh kalimat fiil mudhori yang dimasuki amil jawazim adalah sebagai berikut:
- لَمْ تَنْجَحْ هَذِهِ المَرَّةَ وَلَكِنْ عَلَى الأَقَلِّ قَدْ حَاوَلْتَ (Kali ini kamu belum berhasil, tapi paling tidak kamu sudah mencoba).
- لَمْ نَعْرِفْ حِيْنَئِذٍ مَا يُسَمَّى الآنَ بِالإِنْتِرْنِتِ (Waktu itu kita belum mengenal apa yang sekarang disebut internet).
- لَمْ تَكُنْ حِيْنَئِذٍ هَوَاتِفُ ذَكِيَّةٌ (Saat itu belum ada smarthpone).
Penting dicatat bahwa semua contoh dan penjelasan yang kami berikan tersebut merupakan irab fiil mudhori shahih akhir, tidak berupa af’alul khamsah (fiil yang lima).
Fiil mudhori yang tidak diakhiri huruf shahih maka disebut dengan fiil mudhari mu’tal akhir dan dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1) mu’tal alif, 2) mu’tal wawi, dan 3) mu’tal ya’.
Tanda irab fiil mudhori mu’tal alif:
- Rafa’: dhammah muqaddarah, contohnya “يَخْشَى”.
- Nashab: fathah muqaddarah, contohnya “لَنْ يَخْشَى”.
- Jazm: terbuangnya huruf illat (alif), contohnya “لَمْ يَخْشَ”.
Tanda irab fiil mudhori mu’tal wawi:
- Rafa’: dhammah muqaddarah, contohnya “يَدْعُو”.
- Nashab: fathah dhahirah, contohnya “لَنْ يَدْعُوَ”.
- Jazm: terbuangnya huruf illat (wawu), contohnya “لَمْ يَدْعُ”.
Tanda irab fiil mudhori mu’tal ya’:
- Rafa’: dhammah muqaddarah, contohnya “يَرْمِيْ”.
- Nashab: fathah dhahirah, contohnya “لَنْ يَرْمِيَ”.
- Jazm: terbuangnya huruf illat (ya’), contohnya “لَمْ يَرْمِ”.
Adapun yang dimaksud dengan af’alul khamsah adalah setiap fiil mudhori yang isnad (bersandar) kepada dhamir alif tasniyah, wawu jamak, atau ya’ muannats mukhathabah.
Tanda irab af’alul khamsah (fiil mudhari yang lima):
- Rafa’: tetapnya huruf nun (tsubutun nun), contohnya “يَضْرِبَانِ”.
- Nashab: terbuangnya nun (hadfun nun), contohnya “لَنْ يَضْرِبُوا”.
- Jazm: terbuangnya huruf nun (hadfun nun), contohnya “لَمْ تَضْرِبِيْ”.
Agar lebih memudahkan lagi dalam menghafal semua irab fiil mudhori tersebut, perhatikan tabel berikut!
Irab Fiil Mudhori | ||||
---|---|---|---|---|
No | Fiil Mudhori | Rafa’ | Nashab | Jazm |
1 | صَحِيْحُ الآخِرِ | ضَمَّةٌ | فَتْحَةٌ | سُكُوْنٌ |
2 | مُعْتَلُّ الآلِفِ | ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ | فَتْحَةٌ مُقَدَّرَةٌ | حَدْفُ حَرْفِ العِلَّةِ |
3 | مُعْتَلُّ الوَاوِ | ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ | فَتْحَةٌ | حَدْفُ حَرْفِ العِلَّةِ |
4 | مُعْتَلُّ اليَاءِ | ضَمَّةٌ مُقَدَّرَةٌ | فَتْحَةٌ | حَدْفُ حَرْفِ العِلَّةِ |
5 | أَفْعَالُ الخَمْسَةِ | ثُبُوْتُ النُّوْنِ | حَدْفُ النُّوْنِ | حَدْفُ النُّوْنِ |
Fiil Mudhori yang Mabni
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa hukum asal fiil mudhori adalah mu’rab, kecuali jika bertemu dengan nun taukid mubasyirah dan nun jamak inats.
1. Fiil Mudhori Mabni Fathah
Fiil mudhori mabni fathah apabila dipertemukan dengan nun taukid mubasyirah, yaitu huruf yang berfungsi sebagai penguat dan tidak terdapat pemisah antara huruf nun dan fiilnya.
Contoh fiil mudhori mabni fathah:
- لَيَقُوْمَنَّ زَيْدٌ (Sungguh Zaid benar-benar berdiri).
- يُعْجِبُنِيْ أَنْ تَفْعَلَنَّ كَذَا (Aku heran bahwa kamu benar-benar melakukan hal seperti ini).
- وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِنَ الصَّاغِرِينَ (Dan sesungguhnya jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, maka sungguh dia akan dipenjarakan dan termasuk golongan orang-orang yang hina). (QS. Yusuf ayat 32)
Oleh penjelasan di atas, jika nun taukid yang melekat di akhir fiil mudhori itu ghairu mubasyirah (tidak sambung) maka statusnya tetap mu’rab. Pendapat ini merupakan kesepakatan mayoritas ulama ahli nahwu (jumhur nahwiyyin).
Ada tiga keadaan di mana fiil mudhori bertemu nun taukid ghairu mubasyirah dan dihukumi mu’rab, yaitu ketika disandarkan pada:
- Alif tasniyah
- Wawu jamak
- Ya’ mukhathabah
Contohnya seperti ayat Al-Qur’an berikut:
وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS. Yunus ayat 89)
Huruf nun pada kata “تَتَّبِعَانِّ” dalam ayat di atas merupakan nun taukid ghairu mubasyirah. Artinya ia tidak sambung secara langsung dengan fiilnya lantaran terpisah oleh alif tasniyah.
Contoh lain adalah ayat Al-Qur’an surah At-Takatsur, yang berbunyi:
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
Artinya: “Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. (QS. At-Takatsur ayat 8)
Secara penulisan antara fiil mudhori dan huruf nun dalam ayat tersebut terlihat sambung tanpa pemisah. Tetapi ia tetap dihukumi mu’rab, bukan mabni. Karena asal “تُسْأَلُنَّ” adalah “تُسْأَلُوْنَنَّ” yang disandarkan kepada wawu jamak dan telah melalui proses i’lal (perubahan huruf).
تُسْأَلُنَّ أَصْلُهُ تُسْأَلُوْنَنَّ فَحُذِفَتِ النُّوْنُ لِتَوَالِى الأَمْثَالِ فَصَارَ تُسْأَلُوْنَّ فَحُذِفَتِ الوَاوُ لِلْتِقَاءِ السَّاكِنَيْنِ فَصَارَ تُسْأَلُنَّ
Artinya: “Fiil (تُسْأَلُنَّ) asalnya adalah (تُسْأَلُوْنَنَّ), huruf nun dibuang sebab beruntun, menjadi (تُسْأَلُوْنَّ). Kemudian huruf wawu dibuang karena bertemunya dua sukun, menjadi (تُسْأَلُنَّ)”.
Begitu juga dengan fiil mudhori yang bertemu dengan ya’ mukhathabah, seperti kalimat “لَتَسْمَعِنَّ يَاهِنْدُ” (sungguh kamu benar-benar mendengarkan wahai Hindun). Kata “تَسْمَعِنَّ” dalam kalimat barusan asalnya adalah “تَسْمَعِيْنَنَّ”, untuk proses ilal-nya sama dengan yang di atas.
Meski demikian, menurut Abu al-Khattab Abdul Hamid bin Abdul Majid atau yang dikenal dengan Imam Akhfasy, berpendapat bahwa fiil mudhori yang bertemu dengan nun taukid dihukumi mabni secara mutlak. Maksudnya, baik itu mubasyir maupun ghairu mubasyir ia tetap berstatus mabni.
2. Fiil Mudhori Mabni Sukun
Fiil mudhori adalah mabni sukun hukumnya, bilamana dipertemukan dengan nun jamak inats, yaitu huruf yang menunjuk pada jamak jenis perempuan.
Contoh fiil mudhori yang mabni sukun:
- هُنَّ يَرُعْنَ مَنْ فُتِنَ (Mereka (pr) merasa takut pada (melihat) orang yang digoda).
- عَلَيْهِنَّ أَنْ يَعْرِفْنَ هَذِهِ المَعْلُوْمَاتِ (Mereka (pr) harus tahu informasi ini).
- الطَّلَبَةُ لَمْ يَكْتُبْنَ بُحُوْثَهُنَّ وَقْفًا لِقَوَاعِدِ الكِتَابَةِ العِلْمِيَّةِ (Para mahasiswi belum menuliskan paper mereka sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah).
Perhatikanlah bahwa fiil mudhori yang bertemu nun jamak inats pada kalimat di atas adalah mabni sukun, baik dalam keadaan rafa’, nashab, maupun jazm.
Tashrif Fiil Mudhori
Fiil mudhori dapat ditashrif secara lughawi dan dibedakan berdasarkan dhamir yang jumlahnya 14 macam. Berikut ini adalah contoh tashrif lughawi fiil mudhori beserta dhomirnya mulai dari tsulatsi hingga ruba’i baik itu mujarrad maupun mazid.
Tashrif Fiil Mudhori Tsulatsi Mujarrad | ||
---|---|---|
Wazan | Contoh | Dhomir |
يَفْعُلُ | يَنْصُرُ | هُوَ |
يَفْعُلَانِ | يَنْصُرَانِ | هُمَا |
يَفْعُلُوْنَ | يَنْصُرُوْنَ | هُمْ |
تَفْعُلُ | تَنْصُرُ | هِيَ |
تَفْعُلَانِ | تَنْصُرَانِ | هُمَا |
يَفْعُلْنَ | يَنْصُرْنَ | هُنَّ |
تَفْعُلُ | تَنْصُرُ | أَنْتَ |
تَفْعُلَانِ | تَنْصُرَانِ | أَنْتُمَا |
تَفْعُلُوْنَ | تَنْصُرُوْنَ | أَنْتُمْ |
تَفْعُلِيْنَ | تَنْصُرِيْنَ | أَنْتِ |
تَفْعُلَانِ | تَنْصُرَانِ | أَنْتُمَا |
تَفْعُلْنَ | تَنْصُرْنَ | أَنْتُنَّ |
أَفْعُلُ | أَنْصُرُ | أَنَا |
نَفْعُلُ | نَنْصُرُ | نَحْنُ |
Tashrif Fiil Mudhori Tsulatsi Mazid | ||
---|---|---|
Wazan | Contoh | Dhomir |
يُفْعِلُ | يُكْرِمُ | هُوَ |
يُفْعِلَانِ | يُكْرِمَانِ | هُمَا |
يُفْعِلُوْنَ | يُكْرِمُوْنَ | هُمْ |
تُفْعِلُ | تُكْرِمُ | هِيَ |
تُفْعِلَانِ | تُكْرِمَانِ | هُمَا |
يُفْعِلْنَ | يُكْرِمْنَ | هُنَّ |
تُفْعِلُ | تُكْرِمُ | أَنْتَ |
تُفْعِلَانِ | تُكْرِمَانِ | أَنْتُمَا |
تُفْعِلُوْنَ | تُكْرِمُوْنَ | أَنْتُمْ |
تُفْعِلِيْنَ | تَكْرِمِيْنَ | أَنْتِ |
تُفْعِلَانِ | تُكْرِمَانِ | أَنْتُمَا |
تُفْعِلْنَ | تُكْرِمْنَ | أَنْتُنَّ |
أُفْعِلُ | أُكْرِمُ | أَنَا |
نُفْعِلُ | نُكْرِمُ | نَحْنُ |
Tashrif Fiil Mudhori Ruba’i Mujarrad | ||
---|---|---|
Wazan | Contoh | Dhomir |
يُفَعْلِلُ | يُدَحْرِجُ | هُوَ |
يُفَعْلِلَانِ | يُدَحْرِجَانِ | هُمَا |
يُفَعْلِلُوْنَ | يُدَحْرِجُوْنَ | هُمْ |
تُفَعْلِلُ | تُدَحْرِجُ | هِيَ |
تُفَعْلِلَانِ | تُدَحْرِجَانِ | هُمَا |
يُفَعْلِلْنَ | يُدَحْرِجْنَ | هُنَّ |
تُفَعْلِلُ | تُدَحْرِجُ | أَنْتَ |
تُفَعْلِلَانِ | تُدَحْرِجَانِ | أَنْتُمَا |
تُفَعْلِلُوْنَ | تُدَحْرِجُوْنَ | أَنْتُمْ |
تُفَعْلِلِيْنَ | تُدَحْرِجِيْنَ | أَنْتِ |
تُفَعْلِلَانِ | تُدَحْرِجَانِ | أَنْتُمَا |
تُفَعْلِلْنَ | تُدَحْرِجْنَ | أَنْتُنَّ |
أُفَعْلِلُ | أُدَحْرِجُ | أَنَا |
نُفَعْلِلُ | نُدَحْرِجُ | نَحْنُ |
Tashrif Fiil Mudhori Ruba’i Mazid | ||
---|---|---|
Wazan | Contoh | Dhomir |
يَتَفَعْلَلُ | يَتَدَحْرَجُ | هُوَ |
يَتَفَعْلَلَانِ | يَتَدَحْرَجَانِ | هُمَا |
يَتَفَعْلَلُوْنَ | يَتَدَحْرَجُوْنَ | هُمْ |
تَتَفَعْلَلُ | تَتَدَحْرَجُ | هِيَ |
تَتَفَعْلَلَانِ | تَتَدَحْرَجَانِ | هُمَا |
يَتَفَعْلَلْنَ | يَتَدَحْرَجْنَ | هُنَّ |
تَتَفَعْلَلُ | تَتَدَحْرَجُ | أَنْتَ |
تَتَفَعْلَلَانِ | تَتَدَحْرَجَانِ | أَنْتُمَا |
تَتَفَعْلَلُوْنَ | تَتَدَحْرَجُوْنَ | أَنْتُمْ |
تَتَفَعْلَلِيْنَ | تَتَدَحْرَجِيْنَ | أَنْتِ |
تَتَفَعْلَلَانِ | تَتَدَحْرَجَانِ | أَنْتُمَا |
تَتَفَعْلَلْنَ | تَتَدَحْرَجْنَ | أَنْتُنَّ |
أَتَفَعْلَلُ | أَتَدَحْرَجُ | أَنَا |
نَتَفَعْلَلُ | نَتَدَحْرَجُ | نَحْنُ |
Apabila kita perhatikan tabel di atas, maka kita akan mendapati beragam bentuk wazan tashrif lughawi fiil mudhori. Namun, sebenarnya ia tidak jauh berbeda dengan tashrif fiil madhi yang perubahannya berdasarkan isim dhamir atau kata ganti mulai “هُوَ” hingga “نَحْنُ”. Hanya saja, tashrif fiil mudhori lebih rumit karena yang berubah tidak hanya huruf akhirnya, tetapi juga pada huruf pertamanya, yaitu hamzah, nun, ya’, dan ta’ (أنيت).
Contoh Fiil Mudhori
Supaya lebih memperkaya lagi kosa kata fiil mudhori serta memudahkan dalam membuat kalimat fiil mudhori, berikut adalah beberapa contoh fiil mudhori beserta madhi dan artinya yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Contoh Fiil Mudhori | |||
---|---|---|---|
No | Madhi | Mudhari | Artinya |
1 | عَمِلَ | يَعْمَلُ | Bekerja |
2 | تَكَلَّمَ | يَتَكَلَّمُ | Berbicara |
3 | قَصَّ | يَقُصُّ | Bercerita |
4 | قَامَ | يَقُوْمُ | Berdiri |
5 | ذَهَبَ | يَذْهَبُ | Pergi |
6 | رَجَعَ | يَرْجِعُ | Kembali |
7 | صَلَّى | يُصَلِّي | Sholat |
8 | نَامَ | يَنَامُ | Tidur |
9 | أَنْكَرَ | يُنْكِرُ | Mengingkari |
10 | آمَنَ | يُؤْمِنُ | Beriman |
11 | عَرَفَ | يَعْرِفُ | Mengetahui |
12 | رَفَعَ | يَرْفَعُ | Mengangkat |
13 | أَخَذَ | يَأْخُذُ | Mengambil |
14 | وَجَدَ | يَجِدُ | Menemukan |
15 | سَمِعَ | يَسْمَعُ | Mendengar |
16 | سَأَلَ | يَسْأَلُ | Bertanya |
17 | إِحْتَاجَ | يَحْتَاجُ | Membutuhkan |
18 | تَعَلَّمَ | يَتَعَلَّمُ | Mempelajari |
19 | دَعَى | يَدْعُوْ | Memohon |
20 | إِجْتَمَعَ | يَجْتَمِعُ | Berkumpul |
Kesimpulan
Dalam bahasa Arab fiil mudhori adalah kata kerja (verba) yang memuat zaman chal (masa kini/sekarang) dan mutaqbal (masa akan datang). Fiil mudhori memiliki 3 ciri-ciri khusus, yaitu:
- Di awali huruf mudhara’ah yang empat (أنيت).
- Kemasukan amil nawashib dan jawazim.
- Kemasukan huruf sin (س) atau saufa (سوف).
Tidak semua fiil mudhori adalah mu’rab, sebagian ada yang berstatus mabni, yaitu ketika dalam keadaan:
- Bertemu nun taukid mubasyirah.
- Bertemu nun jamak inats.
Selain dua keadaan di atas, fiil mudhori dihukumi mu’rab, yang ditandai dengan tiga tanda i’rab asliyyah, adalah dhammah, fathah,dan sukun. Selebihnya memakai tanda i’rab niyabah (pengganti), yaitu terbuangnya huruf illat (wawu, alif, ya’), tetapnya nun, dan terbuangnya huruf nun.
Adapun tahsrif lughawi fiil mudhori sebenarnya memiliki perubahan yang sama dengan fiil madhi. Di mana perubahan tersebut didasari oleh berbeda-beda isim dhamir yang menempel di akhir katanya. Hanya saja, fiil mudhori mempunyai rumus tashrif yang sedikit lebih rumit dibandingkan fiil madhi. Karena perubahan yang terjadi tidak hanya di akhir, melainkan juga pada awal huruf katanya.
Posting Komentar