Fiil Madhi Adalah? Pengertian dan Contoh Kalimat Sehari-hari, Penjelasan Lengkap
Nahwushorof.ID - Fiil madhi adalah kata kerja dalam bahasa Arab yang menunjukkan suatu pekerjaan atau peristiwa di masa lampau. Contohnya "qara'tu al-kitaba" (قَرَأْتُ الكِتَابَ) - Saya membaca buku. Kata "qara'tu" dalam kalimat tersebut memuat waktu yang menunjukkan bahwa pekerjaan membaca telah dilakukan.
Pengertian Fiil Madhi
Apa itu fiil madhi? Secara lughah (bahasa), “fiil” adalah kata kerja, yaitu kata yang menggambarkan suatu proses, perbuatan, atau keadaan. Sedangkan “madhi” artinya masa lampau, dahulu, lebih awal, atau sebelumnya.
Menurut istilah ulama ahli nahwu, pengertian fiil madhi adalah sebagai berikut:
وَهُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى وَزَمَنٍ مَضَى وَانْقَطَعَ
Artinya: “Fiil madhi adalah setiap kata yang menunjukkan atas makna dan masa yang telah berlalu”.
Contohnya "dzahaba" (ذَهَبَ) dalam kalimat "dzahabtu ila as-suqi" (ذَهَبْتُ إِلَى السُّوْقِ) - Saya pergi ke pasar. Maka maksud dari perkataan tersebut adalah menyampaikan peristiwa atau kejadian yang telah berlangsung, bukan yang sedang atau akan dikerjakan.
Pada dasarnya fiil madhi difungsikan untuk menunjukkan pekerjaan yang sudah berlalu, namun dalam praktiknya ada juga yang digunakan untuk menyatakan makna mustaqbal (sekarang atau masa yang akan datang).
Contoh fiil madhi bermakna mustaqbal bisa dilihat dalam bait Alfiyah ibnu Malik yang berbunyi:
قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ مَالِكِ | أَحْمَدُ رَبِّيْ اللّهَ خَيْرَ مَالِكِ
“Muhammad putra Imam Malik berkata; aku memuji Rabb-ku (Allah) sebaik-baiknya Dzat yang Maha menguasai”.
Fiil madhi "qala" (قَالَ) di atas menggunakan makna fiil mudhari "yaqulu" (يَقُولُ) yang menyatakan atas jatuhnya suatu perkataan. Artinya fiil tersebut tidaklah bermakna madhi (masa lampau), melainkan mustaqbal (masa akan datang). Karena jatuhnya suatu perkataan tentu setelah beliau berkata bukan? Akan tetapi ini jarang penggunaannya dalam kalimat sehari-hari.
Adapun contoh fiil madhi baik secara lafadz maupun makna ia menunjukkan kepada masa lampau seperti ayat Al-Qur’an berikut:
وَإِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الأَرْضِ قَالُوْا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ {البقرة: ١١}
Artinya: “Dan bila dikatakan kepada mereka: janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. (QS. Al-Baqarah ayat 11)
Lafadz "qila" (قِيْلَ) dan "qalu" (قَالُوْا) dalam ayat di atas merupakan contoh penggunaan fiil madhi yang memuat masa lampau. Sebab turunnya suatu ayat Al-Qur’an tersebut tentu setelah sebuah peristiwa terjadi atau berlalu.
Perbedaan Fiil Madhi dan Mudhari
Fiil madhi dan mudhari memiliki perbedaan di antara keduanya, antara lain adalah sebagai berikut:
- Fiil madhi merujuk pada pekerjaan yang sudah berlalu, sedangkan fiil mudhari menunjukkan pada pekerjaan yang sedang atau akan dilakukan.
- Fiil madhi umumnya memiliki pola dasar yang tetap, sedangkan fiil mudhari mendapatkan huruf tambahan di awal sesuai dengan subyek dan waktu yang berlaku.
- Fiil madhi digunakan untuk menceritakan masa lalu atau sejarah, sedangkan fiil mudhari digunakan untuk menyatakan aktivitas sehari-hari atau rencana ke depan.
- Fiil madhi dihukumi mabni secara mutlak, sedangkan fiil mudhari dihukumi mu'rab dan juga mabni pada keadaan tertentu.
Fiil Madhi Mabni
Fiil madhi merupakan kata yang berstatus mabni secara mutlak. Artinya tidak ada satu pun fiil madhi yang dihukumi mu’rab. Status mabninya fiil madhi adalah sebagai berikut:
- Mabni fathah: ketika fiil madhi tidak bertemu dengan wawu jamak dan dhamir rafa’ mutaharrik.
- Mabni dhammah: ketika fiil madhi bersambung dengan wawu jamak.
- Mabni sukun: ketika fiil madhi bertemu dengan dhamir rafa’ mutaharrik (berharakat).
Tanda-tanda Fiil Madhi
Fiil madhi memiliki tanda-tanda yang membedakannya dengan fiil lainnya. Ada dua tanda fiil madhi, yaitu dapat bertemu dengan ta' fail dan bertemu dengan ta' tanits sakinah.
Kedua tanda fiil madhi tersebut sebagaimana penjelasan Imam ibnu Aqil dalam kitab Ibnu Aqil syarah Alfiyah ibnu Malik berikut:
مَيِّزْ مَاضِىَ الأَفْعَالِ بِالتَّاءِ وَالمُرَادُ بِهَا تَاءُ الفَاعِلِ وَتَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ وَكُلٌّ مِنْهُمَا لَا يَدْخُلُ إِلَّا عَلَى مَاضِىِّ اللَّفْظِ
Artinya: “Bedakanlah madhinya fiil-fiil dengan ta’, maksudnya adalah dengan ta’ fail dan ta’ tanits sakinah. Dan setiap dari keduanya tidak masuk kecuali atas madhinya lafadz”.
Coba perhatikan contoh fiil madhi dalam kalimat berikut:
- تَبَارَكْتَ يَاذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ (Maha suci Engkau wahai Dzat yang Maha agung lagi Maha mulia).
- وُقِّعَتْ حَدِيْثًا مُذَكَّرَةُ التّئَعَاوُنِ بَيْنَ إِنْدُونِيْسِيَا وَالدُّوَلِ المُجَاوِرَةِ (Baru-baru ini telah ditandatangani nota kerjasama antara Indonesia dengan negara-negara tetangga).
Dalam kalimat di atas, lafadz "tabaarakta" (تَبَارَكْتَ) adalah fi’il madhi yang bertemu ta’ fail, bentuk asalnya "tabaaraka" (تَبَارَكَ) dan statusnya mabni sukun. Sedangkan lafadz "wuqqi'at"(وُقِّعَتْ) berasal dari "waqqa'a"(وَقَّعَ) yang bertemu ta’ ta’nits sakinah, hukumnya mabni fathah dan merupakan bentuk fi’il madhi majhul.
Cara Membuat Fiil Madhi Majhul
Setiap fiil memiliki rumus yang berbeda-beda ketika mengalami perubahan dari bentuk ma’lum (kata kerja aktif) ke bentuk majhul (kata kerja pasif). Contohnya "dharaba" (ضَرَبَ) - memukul, ketika dijadikan mabni majhul menjadi "dhuriba" (ضُرِبَ) - dipukul.
Untuk memudahkan dalam membuat fiil madhi mabni majhul. Pelajar bahasa Arab dapat mengikuti rumus berikut:
- Huruf pertama wajib dibaca dhammah.
- Huruf yang terjatuh sebelum akhir dibaca kasrah.
Agar lebih memahami lagi rumus fiil madhi majhul tersebut, sekarang perhatikan perubahan bentuk fiil madhi dalam tabel berikut !
Ma’lum | Majhul |
---|---|
ذَكَرَ (Menyebut) |
ذُكِرَ (Disebut) |
قَتَلَ (Membunuh) |
قُتِلَ (Dibunuh) |
فَتَحَ (Membuka) |
فُتِحَ (Dibuka) |
غَفَرَ (Mengampuni) |
غُفِرَ (Diampuni) |
سَمِعَ (Mendengar) |
سُمِعَ (Didengar) |
عَلِمَ (Mengetahui) |
عُلِمَ (Diketahui) |
حَسِبَ (menghitung) |
حُسِبَ (dihitung) |
قَرَأَ (membaca) |
قُرِأَ (dibaca) |
مَدَّ (Memperpanjang) |
مُدَّ (Diperpanjang) |
صَانَ (Menjaga) |
صِيْنَ (Dijaga) |
Setelah melihat contoh di atas, pelajar bahasa Arab pemula mungkin akan bertanya, bukankah huruf awal fiil madhi majhul itu wajib dibaca dhammah? kenapa lafadz "shina" (صِيْنَ) dibaca kasrah?
Jawabnya, karena lafadz tersebut telah melalui proses i’lal agar lebih ringan dan mudah mengucapkannya, sebagai berikut:
صِيْنَ أَصْلُهُ صُوِنَ عَلَى وَزْنِ فُعِلَ نُقِلَتْ حَرَكَةُ الوَاوِ إِلَى مَا قَبْلَهَا بَعْدَ سَلْبِ حَرَكَتِهَا فَصَارَتْ صِوْنَ فَقُلِبَتِ الوَاوُ يَاءً لِسُكُوْنِهَا وَانْكِسَارِ مَا قَبْلَهَا فَصَارَتْ صِيْنَ
Artinya: “صِيْنَ” asalnya “صُوِنَ” mengikuti wazan “فُعِلَ”, harakat wawu dipindahkan ke huruf sebelumnya setelah peniadaan harakat, menjadi “صِوْنَ”. Lalu wawu diganti huruf ya’ karena berharakat sukun dan huruf sebelumnya dibaca kasrah, menjadi “صِيْنَ”.
Dan perlu diperhatikan, bahwa rumus majhul sebagaimana dijelaskan sebelumnya hanya berlaku untuk fiil madhi mujarrad. Untuk fiil tsulasi mazid, ruba’i mujarrad, dan sejenisnya memiliki rumus tambahan dalam perubahannya, yaitu:
- Bila fiil madhi di awali ta’ muthawa’ah maka huruf pertama dan kedua dibaca dhammah.
- Bila fiil madhi di awali hamzah washal maka huruf pertama dan ketiga dibaca dhammah.
Contoh fiil madhi majhul sebagaimana kaidah di atas bisa dilihat dalam tabel berikut ini !
Ma'lum | Majhul |
---|---|
تَكَلَّمَ (Berbicara) |
تُكُلِّمَ (Diajak bicara) |
تَبَاعَدَ (Menjauh) |
تُبُوْعِدَ (Dijauhi) |
إِنْكَسَرَ (Menjadi rusak) |
أُنْكُسِرَ (Dirusakkan) |
تَكَاثَرَ (Memperbanyak) |
تُكُوثِرَ (Diperbanyak) |
إِسْوَادَّ (Menghitamkan) |
أُسْوُودَّ (Dihitamkan) |
إِسْتَكْمَلَ (menyempurnakan) |
أُسْتُكْمِلَ (Disempurnakan) |
تَعَلَّمَ (Mempelajari) | تُعُلِّمَ (Dipelajari) |
إِجْتَمَعَ (Berkumpul) |
أُجْتُمِعَ (Dikumpulkan) |
إِسْتَمَعَ (Mendengarkan) |
أُسْتُمِعَ (Didengarkan) |
تَكَلَّفَ (Mempengaruhi) |
تُكُلِّفَ (Dipengaruhi) |
Keterangan: fiil madhi yang tidak diawali dengan ta’ muthawa’ah atau hamzah washal maka tetap mengikuti rumus perubahan awal.
Wazan Fiil Madhi
Dalam kitab Matnul Bina’ wal Asas dijelaskan ada 35 wazan tashrif total keseluruhan. Jika demikian, maka wazan fiil madhi pun juga berjumlah tiga puluh lima wazan. Karena menurut sebagian pendapat para ulama ahli shorof, fiil madhi merupakan awal dari munculnya kalimah dalam bahasa Arab (sebagian mengatakan mashdar).
Namun yang akan disebutkan di sini hanyalah wazan fiil madhi yang banyak digunakan dalam teks-teks berbahasa Arab, sebagai berikut.
Wazan Fiil Madhi | |
---|---|
Kategori | Wazan |
Tsulasi Mujarrod | فَعَلَ |
فَعِلَ | |
فَعُلَ | |
Tsulasi Mazid | فَعَّلَ |
فَاعَلَ | |
أَفْعَلَ | |
تَفَعَّلَ | |
تَفَاعَلَ | |
إِفْتَعَلَ | |
إِنْفَعَلَ | |
إِفْعَلَّ | |
إِسْتَفْعَلَ | |
إِفْعَوْعَلَ | |
إِفْعَوَّلَ | |
إِفْعَالَّ | |
Ruba’i Mujarrad | فَعْلَلَ |
Ruba’i Mazid | تَفَعْلَلَ |
إِفْعَنْلَلَ | |
إِفْعَلَلَّ |
Keterangan: wazan fiil madhi tsulasi mujarrod berupa “فَعَلَ” memiliki tiga bentuk mudhari’, yaitu “يَفْعُلُ/يَفْعِلُ/يَفْعَلُ”. Sedangkan wazan “فَعِلَ” mempunyai dua bentuk fiil mudhari’, yaitu “يَفْعَلُ/يَفْعِلُ”.
Tashrif Fiil Madhi
Dalam ilmu shorof / tashrif, setiap fiil memiliki bentuk yang berbeda-beda untuk isim dhomir (kata ganti) tertentu. Contohnya adalah "kataba" (كَتَبَ) (dia menolong), untuk dhamir mudzakkar ghaib (kata ganti orang ketiga jenis laki-laki), akan berbeda dengan "katabtu" (كَتَبْتُ) (aku menulis), untuk dhamir mutakallim (kata ganti orang pertama).
Berikut adalah tashrif fiil madhi beserta dhamirnya yang berjumlah 14 dhamir (kata ganti)!
Tashrif Fiil Madhi | ||
---|---|---|
Fi’il Madhi | Dhamir | Makna |
فَعَلَ | هُوَ | Dia (lk) berbuat |
فَعَلَا | هُمَا | Mereka berdua (lk) berbuat |
فَعَلُوا | هُمْ | Mereka (lk) berbuat |
فَعَلَتْ | هِيَ | Dia (pr) berbuat |
فَعَلَتَا | هُمَا | Mereka berdua (pr) berbuat |
فَعَلْنَ | هُنَّ | Mereka (pr) berbuat |
فَعَلْتَ | أَنْتَ | Kamu (lk) berbuat |
فَعَلْتُمَا | أَنْتُمَا | Kalian berdua (lk) berbuat |
فَعَلْتُمْ | أَنْتُمْ | Kalian (lk) berbuat |
فَعَلْتِ | أَنْتِ | Kamu (pr) berbuat |
فَعَلْتُمَا | أَنْتُمَا | Kalian berdua (pr) berbuat |
فَعَلْتُنَّ | أَنْتُنَّ | Kalian (pr) berbuat |
فَعَلْتُ | أَنَا | Saya (lk/pr) berbuat |
فَعَلْنَا | نَحْنُ | Kami berbuat |
Karena tashrif lughawi itu berlaku umum, maka tashrif fiil madhi tersebut tidak hanya untuk tsulatsi mujarrad. Namun juga berlaku baik untuk wazan tsulasi mazid, ruba’i mujarrad, dan ruba’i mazid. Supaya lebih memahami mengenai tashrif per-wazan ini, perhatikan contoh tashrif dalam tabel berikut.
Tashrif Fiil Madhi Tsulatsi Mujarrad | |||
---|---|---|---|
Bab 1/2/3 | Bab 4/6 | Bab 5 | Dhamir |
فَعَلَ | فَعِلَ | فَعُلَ | هُوَ |
فَعَلَا | فَعِلَا | فَعُلَا | هُمَا |
فَعَلُوا | فَعِلُوا | فَعُلُوا | هُمْ |
فَعَلَتْ | فَعِلَتْ | فَعُلَتْ | هِيَ |
فَعَلَتَا | فَعِلَتَا | فَعُلَتَا | هُمَا |
فَعَلْنَ | فَعِلْنَ | فَعُلْنَ | هُنَّ |
فَعَلْتَ | فَعِلْتَ | فَعُلْتَ | أَنْتَ |
فَعَلْتُمَا | فَعِلْتُمَا | فَعُلْتُمَا | أَنْتُمَا |
فَعَلْتُمْ | فَعِلْتُمْ | فَعُلْتُمْ | أَنْتُمْ |
فَعَلْتِ | فَعِلْتِ | فَعُلْتِ | أَنْتِ |
فَعَلْتُمَا | فَعِلْتُمَا | فَعُلْتُمَا | أَنْتُمَا |
فَعَلْتُنَّ | فَعِلْتُنَّ | فَعُلْتُنَّ | أَنْتُنَّ |
فَعَلْتُ | فَعِلْتُ | فَعُلْتُ | أَنَا |
فَعَلْنَا | فَعِلْنَا | فَعُلْنَا | نَحْنُ |
Tashrif Fiil Madhi Tsulasi Mazid | |||
---|---|---|---|
Bab 1 | Bab 2 | Bab 3 | Dhamir |
فَعَّلَ | فَاعَلَ | أَفْعَلَ | هُوَ |
فَعَّلَا | فَاعَلَا | أَفْعَلَا | هُمَا |
فَعَّلُوا | فَاعَلُوا | أَفْعَلُوا | هُمْ |
فَعَّلَتْ | فَاعَلَتْ | أَفْعَلَتْ | هِيَ |
فَعَّلَتَا | فَاعَلَتَا | أَفْعَلَتَا | هُمَا |
فَعَّلْنَ | فَاعَلْنَ | أَفْعَلْنَ | هُنَّ |
فَعَّلْتَ | فَاعَلْتَ | أَفْعَلْتَ | أَنْتَ |
فَعَّلْتُمَا | فَاعَلْتُمَا | أَفْعَلْتُمَا | أَنْتُمَا |
فَعَّلتُمْ | فَاعَلْتُمْ | أَفْعَلْتُمْ | أَنْتُمْ |
فَعَّلْتِ | فَاعَلْتِ | أَفْعَلْتِ | أَنْتِ |
فَعَّلتُمَا | فَاعَلْتُمَا | أَفْعَلْتُمَا | أَنْتُمَا |
فَعَّلْتُنَّ | فَاعَلْتُنَّ | أَفْعَلْتُنَّ | أَنْتُنَّ |
فَعَّلْتُ | فَاعَلْتُ | أَفْعَلْتُ | أَنَا |
فَعَّلْنَا | فَاعَلْنَا | أَفْعَلْنَا | نَحْنُ |
Tashrif fiil madhi lughawi tersebut hanya mengalami perubahan pada huruf terakhirnya saja, yakni lam fiil. Jadi, untuk bab-bab tashrif lainnya tinggal disamakan dengan contoh-contoh tashrif sebelumnya.
Contoh Fiil Madhi
Setelah mempelajari segala sesuatu yang berkaita dengan fiil madhi, sekarang perhatikan contoh fiil madhi dalam tabel berikut:
Contoh Fiil Madhi | ||
---|---|---|
Kalimat | Dhamir | Artinya |
كَتَبْتَ | أَنْتَ | Kamu (lk) menulis |
كَتَبْتِ | أَنْتِ | Kamu (pr) menulis |
كَتَبْتُمَا | أَنْتُمَا | Kalian berdua (lk/pr) menulis |
كَتَبْتُمْ | أَنْتُمْ | Kalian (lk) menulis |
كَتَبْتُنَّ | أَنْتُنَّ | Kalian (pr) menulis |
كَتَبْتُ | أَنَا | Saya menulis |
كَتَبْنَا | نَحْنُ | Kami menulis |
Perhatikan contoh fiil madhi dalam tabel di atas, antara fiil dan failnya sudah menjadi kesatuan. Artinya, ketika kita mengucapkan kalimat “كَتَبْتُ” dhamir yang menjadi fail sudah melekat pada fiilnya. Dengan kata lain, sudah bisa dipahami mukhatthab (lawan bicara) bahwa orang yang menulis adalah “Saya”.
Ini akan berbeda dengan fi’il madhi dhamir ghaib (kata ganti orang ketiga) di mana kita diharuskan untuk menyebutkan fail berupa isim dhahir. Misal hanya berkata “جَلَسَ” saja, maka belum jelas siapa orang yang duduk. Namun bila fail dhahirnya disebutkan, misalnya “جَلَسَ خَالِدٌ” (Khalid telah duduk), maka kalimat barusan jelas menunjukkan orang yang duduk adalah Khalid. Kecuali jika memang fail tersebut sudah diketahui sebelumnya.
Selain itu, fiil madhi yang mempunyai fail isim dhahir baik berupa mufrad, tasniyah maupun jamak maka fiil madhi tetap dalam keadaan mufrad (ini juga berlaku bagi fiil mudhari). Antara fiil madhi dengan fail isim dhahir juga harus sama dalam hal jenis (mudzakkar atau muannats).
Contoh Kalimat Fiil Madhi
Setelah memahami segala ketentuan tersebut, sekarang perhatikan contoh-contoh kalimat fiil madhi yang kami berikan berikut.
Contoh kalimat fiil madhi sehari-hari:
- أَعَدَّ اللّهُ الجِنَانَ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُؤْمِنِيْنَ (Allah telah menyiapkan surga-surga bagi para muslim dan mukmin).
- إِذَا تَمَّ العَقْلُ قَلَّ الكَلَامُ (Apabila akal seseorang sudah sempurna maka sedikitlah bicaranya).
- لَقَدْ شَغَفَتْنِيْ سَلْمَى حُبًّا بِمَعْنَى الكَلِمَةِ (Salma benar-benar membuatku jatuh cinta).
- إِذَا أَدْرَكْتَ الأَمْرَ فَإِذَنْ لِمَاذَا تَتَجَاهَلُ؟ (Jika kamu tahu duduk perkaranya, kenapa pura-pura tidak tau?).
- بَدَأَ زَيْدٌ تَعَلُّمَ اللُّغَةِ العَرِبِيَّةِ بَعْدَ التِحَاقِهِ بِإِحْدَى الجَامِعَاتِ الإِسْلَامِيَّةِ (Zaid mulai belajar bahasa Arab setelah kuliah di salah satu kampus Islam).
- ذَهَبَ الطَّالِبَانِ إِلَى الجَامِعَةِ (Kedua pelajar sudah berangkat kuliah).
- تَعَلَّمْتُمَا اللُّغَةَ العَرَبِيَّةَ قَبْلَ هَذَا فِى المَعْهَدِ (Sebelum ini kalian berdua belajar bahasa Arab di pesantren).
- مَا دَرَسْتُمُ اليَومَ سَيُفِيْدُكُمْ يَوْمًا (Apa yang kalian pelajari hari ini, suatu saat akan bermanfaat bagi kalian).
- هَلْ قُمْتُمْ بِوَاجِبَاتِكُمْ اليَوْمِيَّةِ كَمَا يَنْبَغِيْ؟ (Apakah kalian sudah menunaikan kewajiban harian kalian sebagaimana mestinya?).
- مَاذَا عَلَيْكَ لَوْقَرَأْتَ صَفْحَتَيْنِ مِنَ القُرْآنِ فِى اليَوْمِ؟ (Apa susahnya kalau kamu mengaji dua lembar dalam sehari?).
Contoh kalimat fiil madhi dalam Al Qur’an:
- صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (Yaitu, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.). QS. Al-Fatihah ayat 7
- وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ (Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu). QS. Al-Baqarah ayat 4
- إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak, mereka tidak juga akan beriman). QS. Al-Baqarah ayat 4
- قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman). QS. Al-Mu’minun Ayat 1
- بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ((Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka)). QS. At-Taubah ayat 1
Itulah penjelasan mengenai fiil madhi atau kata kerja masa lampau dalam bahasa Arab beserta contoh-contoh penggunaan fiil madhi dalam kalimat. Mohon koreksi apabila ditemukan kesalahan dalam artikel kami. Semoga mengedukasi dan menginspirasi.
Posting Komentar