Tingkatan Kitab Nahwu dari Pemula Hingga Tingkatan Paling Tinggi
Nahwushorof.ID - Untuk memahami teks-teks berbahasa Arab, para santri akan dituntut untuk mempelajari kitab-kitab nahwu, yaitu kitab yang membicarakan keadaan suatu kalimah atau kata dalam bahasa Arab, baik saat sebelum tersusun maupun setelah tersusun menjadi kalimat sempurna. Seperti sekolah-sekolah pada umumnya, di pesantren para santri juga diberikan materi yang bertingkat sesuai dengan kualitas dan kemampuannya. Termasuk tingkatan kitab nahwu yang menjadi salah satu faktor penting di dunia pesantren.
Kitab Jurumiyyah Tingkatan Nahwu Pemula
Tingkatan kitab nahwu yang pertama adalah kitab al-jurumiyyah karya dari Syekh ash-Shanhaji. Kitab ini menjadi kitab nahwu dasar dalam mempelajari ilmu nahwu yang mayoritas digunakan pesantren di Indonesia. Tidak mungkin pemula langsung dapat membaca kitab kuning dengan baik dan benar tanpa mempelajari kitab yang menjadi pedoman dasar ilmu nahwu ini.
Pada umumnya, kitab tingkatan nahwu yang pertama ini akan dipelajari para santri yang menduduki bangku madrasah al-ula atau tingkatan awal. Nama asli kitab nahwu tingkat dasar ini adalah al-Muqaddimah al-Ajurumiyyah fi Mabadi’ Ilm al-Arabiyyah.
Sesuai dengan namanya "al-Muqaddimah" yang berarti pengantar, materi-materi yang terdapat dalam kitab ini juga berupa rumus dasar dalam mempelajari tata bahasa Arab dengan penjelasan yang sistematis dan mudah dipahami pemula. Oleh karenanya, dibutuhkan penjelasan lebih lanjut lagi untuk para santri yang ingin mendalami ilmu nahwu ke tingkatan selanjutnya.
Kitab Imriti Tingkatan Kitab Nahwu Menengah
Tingkatan kitab nahwu kedua yaitu kitab ad-Durroh al-Bahiyyah Nadzmu al-Jurumiyyah yang populer dengan sebutan kitab Imriti. Dikatakan sebagai kitab Imriti karena memang kitab tersebut merupakan karya dari Syekh Yahya bin Nur al-Din Abi al-Khoir bin Musa al- Imrithi al-Syafi'i al-Anshori al-Azhari.
Materi yang terkandung dalam tingkatan kitab nahwu menengah ini diambil dari kitab al-Ajurumiyyah berbentuk nadham yang kurang lebihnya terdiri atas 254 bait. Akan tetapi, ada beberapa ulama yang menyatakan bahwa kitab Imriti bukan hanya menadhamkan kita al-Ajurumiyyah saja, melainkan menjadi syarah daripada kitab al-Ajurumiyyah itu sendiri. Oleh karenanya, kitab nahwu ini sangat cocok dijadikan kurikulum pokok di dunia pesantren pada tingkatan menengah atau tingkat wustha.
Selain memakai kitab Imriti sebagai tingkatan kitab nahwu menengah, banyak juga pesantren di Indonesia yang menggunakan kitab Mutammimah, atau bahkan keduanya. Kitab Mutammimah adalah kitab karya Syekh Syamsuddin al-Maliki sebagai syarah dari kitab al-Ajurumiyyah yang memberikan penjelasan lebih terperinci lagi. Banyak yang menyebutkan bahwa kitab Mutammimah ini menjadi mediator ke tingkatan kitab nahwu yang lebih tinggi.
Kitab Alfiyah Tingkatan Kitab Nahwu Tertinggi
Setelah mempelajari kitab-kitab nahwu dasar dan menengah para santri kini sudah siap mempelajari tingkatan kitab nahwu yang paling tinggi, yaitu kitab Alfiyah karya dari Syeikh al-Imam Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad bin Abdillah bin Malik al-Tha'i al-Andalusi al-Jayyani al-Syafi'i. Sebuah kitab berisikan 1002 bait nadham yang amat sangat padat akan makna, sehingga banyak sekali para ulama ahli nahwu yang mensyarahi kitab nahwu ini hingga kurang lebihnya mencapai 40-an kitab yang telah menjadi syarahnya. Tak heran jika kitab Alfiyah Ibn Malik menjadi rujukan utama dalam mempelajari kaidah bahasa Arab.
Tidak hanya membicarakan kaidah ilmu nahwu saja, kitab yang menjadi tingkatan kitab nahwu tertinggi ini juga menyinggung kaidah yang memiliki keterkaitan erat dengan ilmu sharaf. Dan memiliki kandungan makna yang mendalam mencakup kalam-kalam hikmah, falsasah, serta mau’idhah hasanah yang dapat dijadikan prinsip dalam kehidupan bermasyarkat, berbangsa dan bernegara.
Demikianlah yang bisa kami sampaikan mengenai tingkatan kitab nahwu mulai dari pemula hingga kepada tingkatan paling tinggi. Kitab-kitab nahwu yang telah kami sebutkan di atas merupakan kitab yang paling banyak diajarkan di dunia pesantren. Untuk mencapai ke tingkat tertinggi, kita perlu memulainya dari tingkatan yang paling dasar dulu. Tidak mungkin kita dilahirkan kemudian langsung berlari dan pergi memancing dipinggiran empang. Tentu semuanya membutuhkan proses yang bertahap bukan ?.
Posting Komentar