Nun pada Jamak Mudzakkar Salim dan Isim Tasniyah
Nahwushorof.ID - Jamak mudzakkar salim dan isim tasniyah adalah kata benda dalam bahasa Arab yang menunjukkan makna lebih dari satu. Keduanya sama-sama diakhiri dengan huruf nun, tetapi berbeda dalam bacaannya. Lebih lanjut dalam artikel ini akan dijelaskan secara terperinci mengenai nun yang terdapat pada jamak mudzakkar salim dan isim tasniyah serta bagaimana keduanya dibedakan dalam kalimat bahasa Arab.
Nun pada Jamak Mudzakkar Salim
Mengenai nun yang terdapat pada isim jamak mudzakkar salim, Imam Ibnu Malik telah berkata dalam kitab Alfiyah, yang berbunyi :
وَنُوْنَ مَجْمُوْعٍ وَمَا بِهِ التَحَقْ | فَافْتَحْ وَقَلَّ مَنْ بِكَسْرِهِ نَطَقْ
Artinya : “Dan nun jamak mudzakkar salim beserta mulhaqnya maka bacalah fathah, adapun orang yang mengucapkannya dengan kasrah itu sedikit”.
Dalam bait nadham Alfiyah di atas, Imam Ibnu Malik memberikan isyarat dengan perkataan “فَافْتَحْ” (bacalah fathah) pada nun jamak mudzakkar salim. Ketentuan ini juga berlaku untuk mulhaqnya, yaitu isim-isim yang disamakan dengan jamak mudzakkar salim.
Pemilihan harakat fathah sebagai bacaan nun pada jamak mudzakkar salim dimaksudkan untuk memberikan keringanan dalam pengucapannya, khususnya bagi masyarakat Arab.
Karena beratnya lisan orang-orang Arab untuk mengucapkan kata berakhiran wawu yang huruf sebelumnya berharakat dhammah, atau diakhiri ya’ dan huruf yang terjatuh sebelumnya dibaca kasrah. Maka dipilihlah harakat fathah sebagai bacaan daripada nun jamak mudzakkar salim, karena fathah adalah ringan-ringannya harakat dibanding dhammah.
Akan tetapi ada sebagian masyarakat Arab yang mengucapkan nun jamak mudzakkar salim dengan harakat kasrah. Contohnya seperti syair Arab berikut:
عَرَفْنَا جَعْفَرًا وَبَنِيْ أَبِيْهِ | وَأَنْكَرْنَا زَعَانِفَ آخَرِيْنِ
“Kami mengenal Ja’far beserta keturunan ayahnya, dan kami mengingkari anak-anak lain yang diakuinya”.
Pada bait sya’ir Arab di atas, kata “آخَرِيْنِ” adalah contoh nun jamak mudzakkar salim yang dibaca kasrah. Namun terbilang syadz (keluar dari kaidah) dan bukan termasuk logat.
Contoh serupa juga didapati pada mulhaq jamak mudzakkar salim yang dibaca kasrah nun-nya, yaitu kata الأَرْبَعِيْنِ dalam syair berikut!
أَكُلَّ الدَّهْرِ حَلٌّ وَارْتِحَالٌ | أَمَا يُبْقِيْ عَلَيَّ وَلَا يَقِيْنِى
وَمَاذَا تَبْتَغِيْ الشُّعَرَاءُ مِنِّيْ | وَقَدْ جَاوَزْتُ حَدَّ الأَرْبَعِيْنِ
“Apakah terus berlangsung pada setiap masa, berdiam diri dan pergi, tidakkah ia membiarkanku menetap dan menjagaku ?, dan mereka para penyair akan memperdayaiku, sungguh aku telah melalui masa ini selama 40 tahun”.
Kata “الأَرْبَعِيْنِ” pada sya’ir tersebut adalah mulhaq jamak mudzakkar salim yang dibaca kasrah nun-nya. Dikatakan mulhaq karena tidak memenuhi syarat jamak mudzakkar salim yang haqiqi, sebagaimana yang telah dijelaskan pada artikel kami sebelumnya.
Bacaan Nun Isim Tasniyah
Berdasarkan pendapat yang mayshur, bacaan nun pada isim tasniyah adalah kasrah. Kaidah ini juga berlaku untuk mulhaqnya, yaitu isim yang disamakan dengan isim tasniyah (haqiqi).
Meski demikian, ada juga yang mengucapkan nun isim tasniyah dan mulhaqnya dengan harakat fathah baik dalam keadaan rafa, nashab, dan jar, sebagai logat bagi sebagian masyarakat Arab.
Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan bacaan nun pada jamak mudzakkar salim, yang masyhur dibaca fathah dan sedikit yang dibaca dengan kasrah. Lebih jelasnya, nun pada isim tasniyah beserta mulhaqnya ini adalah kebalikan dari kaidah nun-nya jamak mudzakkar salim. Contohnya seperti sya’ir Arab di bawah ini :
عَلَى أَحْوَذِيَيْنَ إِسْتَقَلَّتْ عَشِيَّةً | فَمَا هِيَ إِلَّا لَمْحَةٌ وَتَغِيْبُ
“Burung Qatha’ melesat cepat dengan kedua sayapnya di waktu senja, tidaklah penglihatan ini kecuali hanya sekejap saja dan menghilang”.
Kata “أَحْوَذِيَيْنَ” dalam sya’ir di atas adalah contoh bacaan nun isim tasniyah berakhiran ya’ dengan harakat fathah. Hal ini bukan bermaksud menghukumi bahwa nun isim tasniyah yang dibaca fathah itu syadz (keluar dari kaidah), tetapi memang sudah menjadi logat bagi sebagian orang Arab. Berbeda dengan nun jamak mudzakkar salim dengan kasrah yang dihukumi syadz (keluar dari kaidah).
Contoh lain nun isim tasniyah yang berharakat fathah adalah sya’ir berikut!
أَعْرِفُ مِنْهَا الْجِيْدَ وَالْعَيْنَانَا | وَمَنْخِرَيْنِ أَشْبَهَا ظَبْيَانَا
“Aku mengenali lehernya, kedua matanya, dan lubang kedua hidungnya, yang menyerupai si Dhabyan”.
Bisa diperhatikan bahwa kata “الْعَيْنَانَا” pada syair di atas termasuk isim tasniyah yang dibaca fathah nun-nya. Tetapi, menurut Ibnu Hisyam sya’ir di atas hukumnya adalah mashnu’ (dibuat-buat). Karena dalam sya’ir tersebut terdapat dua logat, yaitu bacaan “الْعَيْنَانَا” dan “مَنْخِرَيْنِ”, keduanya sama-sama isim tasniyah namun mempunyai bacaan nun yang berbeda-beda.
Penutup
Demikian penjelasan mengenai nun pada jamak mudzakkar salim dan isim tasniyah beserta mulhaqnya. Keduanya sama-sama mendapat huruf tambahan ya'+nun ketika menempati kedudukan nashab dan jar. Oleh karena itu, dengan mempelajari ini para pelajar bahasa Arab akan lebih mudah dalam membedakan bacaan nun jamak mudzakkar salim dan isim tasniyah dalam kalimat bahasa Arab.
Posting Komentar