Isim Nakirah dan Ma'rifat: Ciri-ciri, Macam, Pengertian, dan Tingkatannya

Daftar Isi

Nahwushorof.ID - Isim nakirah dan isim ma'rifat adalah kata dalam bahasa Arab yang dilihat berdasarkan jelas tidaknya dalam menunjukkan sesuatu yang dimaksud. Keduanya sama-sama sebagai kata benda, namun memiliki perbedaan penggunaan dan lingkup arti dalam kalimat bahasa Arab. Lebih jelasnya, mari pelajari lebih lanjut mengenai isim nakirah dan ma'rifat meliputi pengertian, ciri-ciri, macam, serta bagaimana contoh penggunaan keduanya dalam kalimat.

Pengertian Isim Nakirah dan Ma'rifat

Kata "nakirah" (نكرة) secara bahasa dapat diartikan sebagai sesuatu yang tak tentu atau belum dikenal. Pada umumnya, isim nakirah didefinisikan sebagai setiap kata yang tidak menunjuk pada makna tertentu. Artinya, isim tersebut belum menyatakan atau menerangkan suatu makna secara lebih jelas.

Menurut Imam ibnu Malik dalam kitab "Alfiyah ibnu Malik" pengertian isim nakirah adalah:

نَكِرَةٌ قَابِلُ أَلْ مُؤَثِّرَا | أَوْ وَاقِعٌ مَوْقِعَ مَا قَدْ ذُكِرَ

Artinya : Isim nakirah adalah isim yang menerima tambahan al ta'rif yang memengaruhi kema'rifatan atau menempati posisi isim yang dapat menerima tambahan al ta'rif.

Dari pengertian di atas dapat dipahami secara jelas bahwa yang dimaksud dengan isim nakirah adalah isim yang dapat menerima tambahan alif+lam ta'rif di awal kalimahnya, di mana huruf tambahan tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap kema'rifatan isim itu sendiri

Isim nakirah juga bisa diartikan sebagai isim yang menempati posisi dari isim yang dapat menerima tambahan alif+lam ta'rif.

Contohnya seperti isim "رَجُلٌ" (laki-laki), kata barusan belum jelas dalam penunjukannya, dan ia layak menerima tambahan al ta'rif (menjadi "الرَّجُلُ"). Sehingga jelas bahwa yang dimaksud adalah laki-laki tertentu, bukan laki-laki pada umumnya.

Dengan demikian jika terdapat isim yang layak menerima tambahan al ta'rif namun tidak memberikan pengaruh terhadap kema'rifatan isim yang dimasukinya, maka tidak termasuk golongan isim nakirah.

Contohnya adalah kata "العَبَّاسْ", isim ini memang menerima al ta'rif, tetapi tidak memberikan dampak pada kema'rifatan. Karena baik terdapat tambahan al ta'rif maupun tidak, kata tersebut tetaplah ma'rifat.

Perlu diingat bahwa tidak semua isim nakirah itu menerima tambahan alif+lam, sebagian isim nakirah ada yang tidak menerima huruf tambahan. Contohnya kata "ذُوْ" yang bermakna "صَاحِبٌ" (empunya/pemilik), isim ini tidak menerima tambahan huruf alif+lam, namun tetap tergolong sebagai isim nakirah. Karena kata tersebut menempati posisi dari kata "صَاحِبٌ" yang layak menerima tambahan alif+lam.

Adapun pengertian isim ma'rifat itu kebalikan dari isim nakirah, yaitu isim yang menyatakan makna tertentu, dan telah menerangkan sesuatu yang dimaksud dengan jelas.

Contoh isim ma'rfiat adalah seperti kata "الأَسَدُ" (singa ini), "الإِنْسَانُ" (manusia tertentu), "مُحَمَّدٌ" (Muhammad), "زَهْرَةُ البَنَفسَجِ" (bunga banafsaj), dan lain sebagainya.

Ciri-ciri Isim Nakirah dan Ma'rifat

Sebenarnya pembahasan tentang ciri-ciri isim nakirah dan ma'rifat sudah tercakup dalam penjelasan sebelumnya. Akan tetapi, memungkinkan juga untuk disederhanakan lagi agar mudah diserap dan dipahami oleh pemula.

Ciri-ciri isim nakirah adalah :

  • Menerima tambahan al ta'rif (al "ال" yang berfungsi mema'rifatkan isim). Contoh : "زَهْرَةٌ" (bunga), "فَرَسٌ" (kuda), "إِنْسَانٌ" (manusia), dan lain-lain.
  • Menduduki tempat isim yang dapat menerima al ta'rif. Contoh : "ذُو" dengan makna "صَاحِبٌ" (pemilik), dan "مَنْ" dengan makna "شَخْصٌ" (seseorang).

Adapun ciri-ciri isim ma'rifat adalah tidak ditemukannya ciri yang terdapat pada isim-isim yang nakirah.

Macam-macam Isim Ma'rifat

Ada 6 macam isim ma'rifat, yaitu :

  1. Isim dhamir (kata ganti), adalah isim yang berfungsi sebagai kata ganti dari orang/benda (aqil dan ghairu aqil). Contoh : "هُوَ/هِيَ" (dia), "أَنْتُمْ/أَنْتُنَّ" (kalian), "هُنَّ/هُمْ" (mereka), dan sejenisnya.
  2. Isim isyarah (kata tunjuk), adalah isim yang menerangkan makna tertentu dengan penunjukan. Contoh : "هَذَا/هَذِهِ" (ini), "ذَلِكَ/تِلْكَ" (itu).
  3. Isim alam (nama), adalah isim yang menunjukkan atas nama seseorang/tempat/benda. Contoh : "عَائِشَةٌ" (Aisyah), "مَكَّةُ" (Makkah), "نِيْلٌ" (sungai Nil), dan lain-lain.
  4. Isim yang mudhaf kepada isim ma'rifat. Contoh : "إِبْنِي" (anakku), kata "إبْنٌ" adalah nakirah, ia menjadi ma'rifat karena menjadi mudhaf dari dhamir ya' mutakallim (ma'rifat).
  5. Isim yang kemasukan al ta'rif. Setiap isim nakirah yang dimasuki al ta'rif maka menjadi ma'rifat. Contoh : "الرَّجُلُ" (laki-laki ini), "القَلَمُ" (pena ini), "السَّيْفُ" (pedang ini), dan sebagainya.
  6. Isim maushul, adalah isim yang menerangkan makna tertentu dengan perantara kalimat yang terjatuh setelahnya (shilah maushul). Contoh : "الَّذِي", "الَّتِي, "الَّذِيْنَ", "مَا", dan sejenisnya.

Macam-macam isim ma'rifat yang telah disebutkan di atas sebagaimana penjelasan dalam bait nadham Alfiyah ibnu Malik:

وَغَيْرُهُ مَعْرِفَةٌ كَهُمْ وَذِى | وَهِنْدَ وَابْنِي وَالغُلَامِ وَالَّذِي

Artinya : "Dan selain nakirah itu ma'rifat, seperti "هُمْ" (dhamir), "ذِى" (isyarah), "هِنْدٌ" (alam), "إِبْنِي" (mudhaf kepada ma'rifat), "الغُلامُ" (kemasukan al ta'rif), dan "الَّذِي" (maushul).

Akan tetapi, dalam kitab syarah al-Kafiyah as-Syafiyah Syekh ibnu Malik menambahkan isim munada maqshud, yaitu isim nakirah yang menjadi ma'rifat setelah digunakan untuk memanggil seseorang yang sudah dikehendaki, seperti ucapan "يَا رَجُلُ" (wahai pemuda). Sehingga menjadi 7 macam isim ma'rifat.

Tingkatan Isim Ma'rifat

Mengenai tingkatan isim ma'rifat, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama ahli nahwu. Ada yang mengatakan bahwa isim yang paling ma'rifatnya ma'rifat adalah isim dhamir, karena begitu jelas maksud dan pengkhususannya sehingga tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Misal ucapan "قُلْتُ" tidak mungkin ia mengandung makna kecuali diriku sendiri, ucapan "قُلْتَ" tidak mungkin ia menunjukkan kecuali kepada mukhathab, atau ya' pada ucapan "أَكْرَمَنِي" tidak mungkin bermakna kecuali untuk mutakallim. Oleh karenanya, isim dhamir dianggap sebagai tingkatan isim ma'rifat yang tertinggi.

Tingkatan isim ma'rifat yang selanjutnya adalah isim alam. Karena isim alam merupakan isim yang jelas dalam menunjukkan sesuatu yang dikenali tanpa adanya qarinah. Berbeda dengan isim isyarah dan maushul yang membutuhkan qarinah. Akan tetapi, jika isim alam tersebut dirujukkan pada asma'-asma' yang khusus bagi Allah, maka isim alam lah yang paling ma'rifatnya ma'rifat dibandingkan dengan isim dhamir. Seperti lafadz jalalah "اللّه", tidak mungkin kemudian memuat makna kecuali Tuhan yang disembah, dan tidak ada keraguan sama sekali akan hal itu.

Tingkatan isim ma'rifat yang ketiga adalah isim isyarah, karena menunjukkan sesuatu yang dikenalinya secara tepat, namun membutuhkan qarinah. Misal lafadz "هَذَا" (isyarah untuk yang hadir), yang membutuhkan qarinah berupa yang hadir/ada di situ.

Kemudian setelah isim isyarah ada isim maushul sebagai tingkatan keempat isim ma'rifat, yaitu isim yang menyatakan secara tepat atas yang dikenali dengan perantara shilah atau kalimat setelahnya. Isim maushul ini dapat berupa maushul untuk hadir dan ghaib, berbeda dengan isim isyarah yang pada aslinya hanya untuk hadir. Oleh karena itu isim maushul berada di bawah isim isyarah dalam tingkatan isim ma'rifat.

Tingkatan isim ma'rifat yang selanjutnya adalah isim yang disisipi al ta'rif, kemudian disusul oleh isim yang mudhaf kepada isim-isim yang ma'rifat.

Nahwu Shorof Online
Nahwu Shorof Online Media belajar bahasa Arab online terbaik, menyajikan materi ilmu Nahwu dan Shorof yang bersumber dari buku dan kitab bahasa Arab.

Posting Komentar