Isim Alam: Contoh, Macam, dan Penjelasannya dalam Bahasa Arab
Nahwushorof.ID - Isim alam adalah jenis isim ma'rifah, yaitu kata yang obyek pembicaraannya telah ditentukan. Contohnya seperti "Makkah" (مَكَّةُ), tidak mungkin menunjukkan pada makna selain kota suci Islam yang ada di Arab Saudi.
Dalam bahasa sehari-hari, isim alam dikenal sebagai "kata nama" yang dapat menunjukkan pada benda, tempat, hewan, manusia, baik secara konkret maupun abstrak. Tetapi, definisi ini kurang tepat dengan pengertian isim alam dalam bahasa Arab. Lebih lanjut, mari pelajari lebih dalam tentang isim alam dan bagaimana penggunaannya dalam kalimat bahasa Arab.
Pengertian Isim Alam
Secara umum, isim alam dalam bahasa Arab diartikan sebagai sesuatu yang tampak secara jelas, seperti gunung-gunung, nama kota, nama orang dan sebagainya.
Menurut Imam Ibnu Malik dalam bait sya'ir nadham Alfiyah, pengertian isim alam adalah:
إِسْمٌ يُعَيِّنُ المُسَمَّى المُطْلَقَا | عَلَمُهُ كَجَعْفَرٍ وَخِرْنِقَا
وَقَرَنٍ وَعَدَنٍ وَلَاحِقِ | وَشَذْ قَمٍ وَهَيْلَةٍ وَوَاشِقِ
Artinya : "Isim alam adalah isim yang menyatakan kepada sesuatu secara mutlak, contohnya seperti جعفر (nama laki-laki), خرنق (nama perempuan), قرن (nama desa), عدن (nama kota), لاحق (nama kuda), شذ قم (nama unta), هيلة (nama perempuan), واشق (nama hewan).
Maksudnya, isim alam adalah kata benda yang menunjukkan atas makna tertentu tanpa adanya qayyid takallum (orang pertama), khithab (orang kedua), atau ghaibah (orang ketiga).
Maka isim dhomir tidak termasuk isim alam, karena menyatakan atas sesuatu disertai dengan qayyid takallum seperti "أَنَا" (saya), khithab seperti "أَنْتَ" (kamu), dan ghaibah seperti "هِيَ" (dia). (Lihat, Syaikh Ibnu Aqil, dalam "Alfiyah Ibnu Aqil". Surabaya: Nurul Huda, hlm. 19).
Syekh Muhammad bin Shalih juga menjelaskan mengenai pengertian isim alam dalam kitabnya Syarah Alfiyah Ibnu Malik, bahwa isim alam adalah isim yang menyatakan atas makna tertentu, dan peryataan tersebut bersifat mutlak. Jadi, isim yang tidak jelas atau belum tentu maknanya tidak bisa dikatakan sebagai isim alam, seperti kata "رَجُلٌ" (laki-laki) dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud mutlak dalam pengertian ini berarti tidak membutuhkan perantara lainnya. Jika menunjukkan atas makna tertentu, dan masih membutuhkan perantara lainnya maka tidak termasuk isim alam. Seperti isim maushul yang masih membutuhkan perantara berupa shilah untuk menyatakan maksud yang jelas.
Sementara dalam hal kema'rifatan, isim alam menempati urutan kedua setelah isim dhamir. Kecuali alam yang menunjukkan atas dzat yang wahid (satu) yaitu Allah Swt, maka ulama sepakat ini adalah paling ma'rifatnya isim ma'rifat daripada dhamir. Oleh karena itu, isim alam diartikan para ulama dengan "ismullah azza wajalla" (asma' Allah yang maha mulia dan agung).
Pembagian Isim Alam dan Contohnya
Dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik yang dirinci oleh Imam Ibnu Aqil dalam kitab "Alfiyah Ibnu Aqil" menyebutkan ada 3 macam pembagian isim alam, yaitu: 1) alam asma', 2) alam kunyah, dan 3) alam laqob.
وَيَنْقَسِمُ العَلَمُ إِلَى ثَلَاثَةِ أَقْسَامٍ إِلَى إِسْمٍ، وَكُنْيَةٍ، وَلَقَبٍ
Artinya : "Isim alam terbagi menjadi tiga macam: 1) alam asma', 2) alam kunyah, dan 3) alam laqob.
1. Isim Alam Asma'
Alam asma' adalah isim yang dijadikan tanda atas sesuatu yang dinamai tanpa menunjukkan arti memuji atau mencela. Dengan kata lain, alam asma' adalah isim alam yang tidak berupa alam kunyah atau laqob.
Contoh alam asma' seperti kata "زَيْدٌ" (Zaid), "بَكْرٌ" (Bakr), dan "خَالِدٌ" (Khalid), "فَاطِمَةُ" (Fatimah), "سَلْمٰى" (Salma), "مَكَّةُ" (Makkah), "مَدِيْنَةُ" (Madinah), dan lain sebagainya.
2. Isim Alam Kunyah
Alam kunyah adalah isim alam yang di awali dengan kata "أَبٌ" (bapak) atau "أُمٌّ" (ibu). Dan ini merupakan pendapat yang masyhur. Contoh alam kunyah adalah lafadz "أَبُو عَبْدِ اللّٰهِ" (Abu Abdillah), dan "اُمُّ الخَيْرِ" (Ummul Khair).
Sebagian ulama ahli nahwu menyatakan bahwa alam kunyah tidak hanya diawali dengan "أَبٌ" dan "أُمٌّ", namun juga di awali dengan lafadz "إِبْنٌ/إِبْنَةٌ" (putra/putri), "أَخٌ/أُخْتٌ" (saudara/saudari), "عَمٌّ/عَمَّةٌ" (paman/bibi (dari pihak bapak)), "خَالٌ/خَالَةٌ" (paman/bibi (dari pihak ibu)), contohnya seperti lafadz "إِبْنُ عَبَّاس" (Ibnu Abbas r.a). Dan ini adalah pendapat yang shahih.
3. Isim Alam Laqob
Yang dimaksud alam laqob adalah isim alam yang mengandung makna memuji atau mencela. Contohnya adalah "قُفَّةٌ" sebagai nama seseorang yang berarti pendek/cebol. Maka ia termasuk contoh alam laqob karena mengandung makna mencela/mengejek.
Contoh alam laqob lainnya seperti halnya kata "زَيْنُ العَابِدِيْنَ", yang berarti bagus-bagusnya seorang hamba. Dikatakan alam laqob karena memang menunjukkan makna memuji atau pujian.
Alam Asma', Laqob, dan Kunyah Berkumpul, Mana yang didahulukan?
Setelah apa yang telah disampaikan pada penjelasan di atas, kini kita mengetahui bahwa isim alam dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga macam, yaitu alam asma', alam kunyah dan alam laqob.
Jika alam asma' berkumpul dengan alam laqob dalam satu kalimat, atau alam asma' berkumpul dengan alam kunyah, mana yang harus didahulukan ? Jawabannya adalah bait Alfiyah Ibnu Malik berikut:
... | وَأَخِّرَنْ ذَا إِنْ سِوَاهُ صَحِبَا
وَإِنْ يَكُونَا مُفْرَدَيْنِ فَأَضِفْ | حَتْمًا وَإِلَّا أَتْبِعِ الَّذِى رَدِفْ
"Akhir-kan lah alam laqob apabila selainnya menyertainya, dan jika alam asma' dan laqob itu mufrad keduanya maka mudhafkanlah, apabila tidak maka ikutkanlah kepada alam asma".
Artinya, ketika alam laqob bertemu atau berkumpul dengan alam asma' dalam satu kalimat maka wajib mendahulukan alam asma'. Contohnya seperti "جَاءَ زَيْدٌ زَيْنُ العَابِدِيْنَ", pada contoh ini kata "زَيْدٌ" sebagai alam asma' yang wajib didahulukan. Sedangkan "زَيْنُ العَابِدِيْنَ" adalah contoh alam laqob yang diakhirkan.
Meski demikian, ada juga alam laqob yang didahulukan mengakhirkan alam asma', seperti sya'ir Arab berikut ini:
بِأَنَّ ذَاالْكَلْبَ عَمْرًا خَيْرَهُمْ حَسَبًا | بِبَطْنِ شِرْيَانَ يَعْوِى حَوْلَهُ الذِّيْبُ
"Sesungguhnya pemilik anjing ini adalah Amr orang yang paling terhormat kedudukannya di antara mereka yang menghuni lembah Syiryan yang dikelilingi serigala-serigala penolong".
Pada sya'ir di atas, lafadz "ذَاالْكَلْبَ" adalah contoh alam laqob yang didahulukan mengakhirkan alam asma', yaitu "عَمْرًا". Dan ini langka penggunaannya dalam kalimat.
Akan tetapi, apabila alam asma' dan alam laqob sama-sama mufrad (tidak mudhaf) maka alam asma' harus dimudhafkan kepada alam laqob. Seperti halnya lafadz "سَعِيْدُ كُرْزٍ" (Sa'id dekil), di mana kata "سَعِيْدُ" sebagai asma'nya dan "كُرْزٍ" sebagai laqobnya.
Lalu, bagaimana dengan alam asma' yang berkumpul bersama alam kunyah ? Jika alam asma' berkumpul dengan alam kunyah maka hukumnya ikhtiyar, artinya boleh memilih antara mana yang akan didahulukan.
Contohnya "مُحَمَّد أَبُو قَاسِم", boleh diucapkan "أَبُو قَاسِم مُحَمَّد" dengan mendahulukan alam kunyah. Begitu juga ketika alam kunyah bertemu alam laqob dalam satu kalimat, maka boleh pilih-pilih. Misalnya lafadz "أَبُو عَبْدِ اللّٰه زَيْنَ العَابِدِينَ", boleh mendahulukan alam laqob mengakhirkan alam kunyah, menjadi "زَيْنَ العَابِدِينَ أَبُو عَبْدِ اللّٰه".
Penutup
Itulah penjelasan mengenai isim alam dalam bahasa Arab atau yang kita kenal dengan "kata nama", baik itu bersifat konkrit maupun abstrak, aqil (berakal) ataupun ghairu aqil (tidak berakal). Seperti nama orang, hewan, tempat, dan sebagainya.
Setelah mempelajari ini pelajar akan lebih mudah dalam mengidentifikasi isim alam dalam kitab berbahasa Arab, dan membantu pelajar dalam membuat contoh-contoh menggunakan isim alam beserta turunannya dalam kalimat bahasa Arab.
Posting Komentar